EmitenNews.com - Malindo Feedmill (MAIN) pada kuartal III-2021 mencatat liabilitas Rp3,33 triliun. Melesat 32 persen dari per 31 Desember 2020 sejumlah Rp2,52 triliun. Itu terjadi menyusul terjadi perubahan signifikan pada sejumlah pos berikut.


Pinjaman bank per 30 September 2021 tercatat Rp2,61 triliun. Melesat 33 persen atau Rp650 miliar dari periode 31 Desember 2020 senilai Rp1,96 triliun. Lalu, utang usaha Rp324,86 miliar, naik 45 persen atau Rp101,28 miliar dari periode 31 Desember 2020 sejumlah Rp223,57 miliar.


Jadi, total pinjaman bank dan utang usaha per 30 September 2021 senilai Rp2,93 triliun. Bertambah Rp751,32 miliar atau 34 persen dari periode 31 Desember 2020 di kisaran Rp2.18 triliun. ”Pinjaman bank merupakan fasilitas kredit dari Bank Central Asia, Bank CIMB Niaga, dan Bank UOB Indonesia,” tutur Rudy Hartono Husin, Direktur Keuangan Malindo Feedmill, seperti dilansir Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (29/10). 


Manajemen mengklaim tidak penambahan fasilitas pinjaman investasi sepanjang 2021. Lompatan pinjaman perbankan Rp650,03 miliar terdiri dari pinjaman bank jangka pendek Rp683,32 milid untuk keperluan moda kerja. Lalu, penurunan pinjaman jangka panjang Rp33,28 miliar. Itu terjadi karena penarikan pinjaman Rp200 miliar dikurangi pembayaran kembali pinjaman Rp233,28 miliar.


Sementara utang usaha merupakan utang kepada pihak ketiga dan pihak relasi. Kenaikan utang usaha menyusul terjadi lonjakan pembelian bahan baku. ”Meski kewajiban naik di atas 20 persen, kondisi itu tidak berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan,” ucap Rudy.


Sepanjang kuartal III-2021, perseroan mencatat penjualan bersih Rp6,71 triliun. Naik 34,2 persen dari periode sama tahun lalu Rp5 triliun. Beban pokok naik 35,71 persen menjadi Rp6,27 triliun dari periode sama tahun lalu Rp4,62 triliun. Laba bruto naik 15,74 persen menjadi Rp439,94 miliar dari edisi sama tahun lalu Rp380,11 miliar.


Perseroan membukukan laba bersih Rp18,66 miliar. Berbanding terbalik dengan periode sama tahun lalu dengan menyandang rugi Rp72,50 miliar. Laba per saham menjadi surplus 8 dari periode sama tahun lalu minus 32. (*)