Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp7.074T, Kreditur Teratas Singapura

Ilustrasi Singapura menjadi kreditur terbesar atas meningkatnya jumlah utang luar negeri Indonesia. Dok. Tribunnews....
EmitenNews.com - Bank Indonesia mendata Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Mei 2025 naik menjadi USD435,6 miliar atau Rp7.074 triliun (kurs Rp16.240) pada Mei 2025. Bandingkan dengan USD431,5 pada April 2025. Kreditur terbesar Indonesia adalah Singapura senilai USD58,22 miliar, disusul Amerika Serikat, USD26,58 miliar, dan China dengan nominal sebesar USD23,16 miliar.
Sayangnya, pertumbuhannya tercatat melambat. Posisi ULN Indonesia pada Mei 2025 sebesar USD435,6 miliar, atau secara tahunan tumbuh 6,8% (yoy). Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2025 sebesar 8,2% (yoy).
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN di sektor publik dan kontraksi pertumbuhan ULN swasta," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam siaran pers, Senin (14/7/2025).
BI mencatat berdasarkan negara kreditur, total ULN Indonesia per Mei 2025 paling besar masih berasal dari Singapura. Nilainya, USD58,22 miliar. Terjadi kenaikan dibandingkan dengan catatan per April 2025 sebesar USD55,97 miliar.
Pemberi utang terbesar ke dua, Amerika Serikat mencapai USD26,58 miliar pada Mei 2025. Utang dari Negeri Paman Sam itu juga meningkat dari catatan bulan sebelumnya yang sebesar USD27,64 miliar.
Pada posisi ke tiga, ULN Indonesia terbesar berasal dari China dengan nominal sebesar USD23,16 miliar pada Mei 2025. Nilai itu tercatat lebih rendah dibanding catatan pada April 2025 yang sebesar USD23,03 miliar.
Kemudian, ULN Indonesia terbesar keempat berasal dari Jepang dengan nominal per Mei 2025 senilai USD21,25 miliar. Merosot dari catatan per April 2025 yang sebesar USD21,31 miliar.
Ke lima, negara kreditur ULN terbesar adalah Hongkong dengan nilai per Mei 2025 sebesar USD18,96 miliar. ULN dari Hongkong juga turun dari catatan per April 2025 sebesar USF18,83 miliar.
Sementara itu, Jepang kehilangan posisi sebagai negara kreditur terbesar dunia untuk pertama kalinya dalam 34 tahun. Di Indonesia, posisi Jepang sudah lama diambilalih China.
Data Kementerian Keuangan Jepang, aset eksternal bruto Jepang pada akhir 2024 naik 12,9% menjadi JPY 1.659,02 triliun (sekitar USD10,51 triliun).
Kenaikan ini terutama didorong oleh investasi langsung luar negeri, oleh lembaga keuangan dan perusahaan dagang Jepang yang memperluas portofolionya di Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Untuk kewajiban eksternal Jepang juga meningkat sebesar 10,7% menjadi JPY 1.125,97 triliun (sekitar USD7,13 triliun), menghasilkan aset eksternal bersih sekitar US$ 3,38 triliun.
Satu hal, meskipun angka tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, Jerman berhasil menyalip Jepang dengan total aset eksternal bersih USD3,61 triliun dan kini menempati posisi teratas sebagai negara kreditur terbesar dunia. ***
Related News

Selamat Datang Bank Syariah Matahari, Ini Imbauan Muhammadiyah

Perundingan Indonesia - Uni Eropa Masuki Garis Finish

Utang LN Indonesia Mei 2025 Tumbuh Melambat

WIR Asia (WIRG) Umumkan Founder Kini Jadi Pengendali Tunggal

IHSG Naik 0,52 Persen di Sesi I, 3 Saham LQ45 Ini Jadi Pendorong

Menperin Raih Komitmen 3 Prinsipal Otomotif Jepang untuk Tidak Ada PHK