Warkop Phoenampungan, Tempat Seruput Kopi dan Ruang Olah Kata

Menpora Dito Ariotedjo (dua kanan) di Warkop Phoenampungan. Dok. Ist.
Bahkan karena transit, lanjutnya, sudah terpikirkan untuk menyiapkan fasilitas tempat penitipan barang bagi mobilitas tamu pengunjungnya.
“Manajemen tata kelola warkop harus terjaga. Perbanyak menu tradisional. Dan sekaligus menjadi perekat warga diaspora Makassar di Jabodetabek,” saran Awaluddin, alumni Kelautan Unhas Makassar, yang juga pelanggan lama Phoenam.
Nama Phoenampungan dipilih, menurut Acha, agar terasa welcome untuk siapa saja yang ada hubungan darah dengan Makassar atau Sulsel. Termasuk yang bersuami/beristri dari daerah yang sering dijuluki “negeri para pemberani” itu.
Warkop ini dirintis anak-anak muda perantauan: Risman Pasigai, Abdul Razak “Acha” Said, Ziaul Haq Coi, Rizky Maulana, Saudi Arabia Tahir, dan Thamrin Barubu. Dengan semangat kolektif, mereka membangun warkop ini bukan hanya sebagai usaha ekonomi, tetapi juga sebagai ruang berkumpulnya kaum muda untuk bertukar pikiran.
Bagi para pemuda aktivis dan pergerakan, warung kopi selalu memiliki makna lebih dalam. Ini bukan hanya tempat menyeruput kopi hitam, tetapi sebuah “rumah kedua” untuk mengurai benang kusut ide-ide besar. Disinilah gagasan revolusi, perubahan, atau bahkan inovasi kecil dalam bisnis kerap muncul di tengah diskusi ringan.
Model warkop anak-anak muda ini bukan lagi hanya tempat kongko. Maka itu. Tempatnya tidak lagi harus luas. Tidak harus seperti Starbucks. Yang memerlukan investasi besar.
Sebagai pendatang baru stok lama di bisnis perkopian Phoenampungan akan menemukan jalannya sendiri. (Rusman Madjulekka). ***
Related News

CIMB Niaga Gandeng Cathay Luncurkan Kartu Kredit Premium

Persita Tangerang Resmi Luncurkan Jersey Bale by BTN

Wajah Warga RI Sulit Glowing, BKKBN Urai Penyebabnya Stres Beban Hidup

Generali Luncurkan WE Community, Dukung Perempuan Berdaya

Grup Astra Ajak Anak-anak Belajar Finansial & Otomotif di GIIAS 2025

Manulife Bangun Sarana Air Bersih untuk Warga Pasir Angin