EmitenNews.com - PT Adaro Energy (ADRO) melalui PT Adaro Aluminium Indonesia meneken Surat Pernyataan Maksud Investasi (Letter of Intention to Invest) USD728 juta. Itu dilakukan untuk membangun aluminium smelter di Kawasan Industri Hijau Indonesia terbesar dunia, sedang dibangun oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia. 


Wakil Presiden Direktur Adaro Ario Rachmat mengatakan, sejalan komitmen Adaro melakukan transformasi bisnis melalui green initiative jangka panjang, perseroan berinvestasi membangun aluminium smelter untuk mendukung program hilirisasi industri. ”Kami berharap dapat mengurangi impor aluminium, memberi proses, nilai tambah terhadap alumina, dan meningkatkan penerimaan pajak negara. Kami juga berharap keberadaan industri aluminium di Kaltarai mendatangkan banyak investasi lanjutan, dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,” harap Ario. 


Untuk mengembangkan industri itu, Adaro juga akan menggandeng mitra kerja luar negeri yang sudah memiliki rekam jejak, pengalaman, teknologi terkini, dan pengetahuan secara menyeluruh di industri aluminium. ”Kami optimistis permintaan dunia atas produk aluminium terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis. Kami juga berharap di masa mendatang, industri lain seperti industri panel surya, dan mobil listrik butuh aluminium juga bisa diproduksi di sini,” ucap Ario. 


Pada tahapan proses produksi, dan pengembangan lanjutan, aluminium smelter Adaro itu juga akan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan standar konstruksi modern yang ramah lingkungan, dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). 


Sekadar informasi, penandatanganan dilakukan Wakil Presiden Direktur Adaro Ario Rachmat, pada Selasa, 21 Desember 2021 di Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan, Kaltara, disaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Penandatanganan itu, juga disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Konsorsium Indonesia Garibaldi Thohir, Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang, serta Bupati Bulungan Syarwani. (*)