EmitenNews.com—Tahun berganti merupakan harapan baru bagi setiap individu dalam menyongsong target di kehidupan. Tentu tidak lepas bagi para investor saham di Indonesia dalam menyambut harapan di bulan Januari, biasa kita kenal dengan istilah "January Effect". Akankah fenomena tersebut kita rasakan tahun ini di pasar?

 

Memasuki awal tahun, biasanya para investor mengharapkan keuntungan besar di pasar saham, di mana “January Effect” menjadi salah satu sebab kenaikan bursa saham.

 

Apa yang dimaksud “January Effect”? Pertama kali orang yang menginisiasi “January Effect” adalah pria bernama Sidney B. Watchel, seorang bankir. Pada tahun 1942, Watchel mencatat saham-saham yang memiliki kapitalisasi kecil khususnya di bulan Januari mengalami peningkatan.

 

Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan fenomena “January Effect”. Teori populer yang menjelaskan fenomena ini adalah investor ritel cenderung menjual saham di akhir tahun guna menghindari pajak. Mereka kemudian membeli kembali saham tersebut pada bulan Januari, sehingga mendorong harga naik. Teori lain adalah bahwa sebagian besar investor ritel yang telah menerima bonus akhir tahun dan membelanjakan bonus tersebut dalam bentuk saham di bulan Januari.

 

“January Effect” di Bursa Saham Indonesia

Pergerakan IHSG di bulan Januari selama kurun waktu 20 tahun dalam rentang 2003-2022 menunjukan 12 bulan Januari mengalami bullish dan 8 bulan Januari bearish, yang terjadi pada 2003, 2007, 2008, 2009, 2011, 2017, 2020, dan terakhir 2021 berjalan belum dirasakan efeknya. Artinya probabilitas kenaikan akibat “January Effect” di IHSG adalah sebesar 60%, lebih rendah dibandingkan fenomena “Window Dressing”, atau kenaikan pasar saham di bulan Desember, yang bulan lalu baru saja dipatahkan tradisinya yang sempat bertahan selama 21 tahun.

 

Lantas apakah “January Effect” 2023 akan terjadi? Meskipun data masa lampau tidak bisa menjadi patokan pasti, akan tetapi kita harus tetap menyadari situasi terkini dengan memperhatikan kondisi market dunia, fundamental perusahaan, serta teknikal dan sentimen terkini untuk mencermati dan memanfaatkan fenomena “January Effect”.