EmitenNews.com - Palo Alto Networks menyatakan bahwa 2025 benar-benar menjadi "Tahun Disrupsi" setelah 84% insiden siber besar yang ditangani Unit 42 mengakibatkan kelumpuhan operasional atau kerugian finansial. Mayoritas insiden dipicu kerentanan rantai pasok serta percepatan evolusi serangan. Perusahaan memproyeksikan 2026 sebagai "Tahun Pertahanan", ketika pemanfaatan AI mulai menggeser pendekatan keamanan menuju respons yang lebih cepat dan berbasis integritas data.

Menurut Country Manager Indonesia Palo Alto Networks, Adi Rusli, percepatan adopsi AI di Indonesia belum diimbangi kematangan tata kelola data. Ia menilai isu manipulasi dan infiltrasi data akan menjadi tantangan utama. “Tata kelola data harus menjadi prioritas strategis yang menopang inovasi sekaligus ketahanan ekonomi,” ujarnya, dalam siaran resmi, Jumat, 5 Desember 2025.

Lebih lanjut, Palo Alto Networks juga merumuskan enam tren utama keamanan siber 2026. Pertama, identitas diperkirakan menjadi pusat serangan seiring kematangan deepfake real-time dan meningkatnya identitas mesin. Kedua, agen AI otonom berpotensi menjadi vektor ancaman baru jika disusupi, sehingga memerlukan pengendalian ketat dan proteksi real-time.

Ketiga, risiko pencemaran data pelatihan AI menuntut platform terpadu dengan kemampuan DSPM dan AI-SPM. Keempat, rendahnya kesiapan tata kelola AI diperkirakan memicu sengketa hukum terkait pertanggungjawaban eksekutif.

Kelima, ancaman kuantum memaksa percepatan migrasi menuju kriptografi pasca-kuantum. Keenam, transformasi browser menjadi ruang kerja utama memperluas permukaan serangan dan membutuhkan arsitektur zero-trust hingga level aplikasi.

Tren-tren ini menjadi indikator peningkatan risiko siber berbasis AI sekaligus menandai pergeseran fokus dari respons insidentil menuju penguatan pertahanan struktural.

Prediksi ini juga diharapkan menjadi acuan bagi organisasi dalam merumuskan strategi keamanan untuk menghadapi ekonomi digital yang semakin otonom.