EmitenNews.com - Aneka Tambang alias Antam (ANTM) mengebut hilirisasi nikel. Itu dilakukan untuk penguatan pengembangan usaha. Pembangunan pabrik feronikel itu, diproyeksi mulai berproduksi semester II-2023. Proyek smelter berkapasitas 13.500 ton nikel (TNi) per tahun di Halmahera Timur (Haltim) masuk fase konstruksi. 


Pabrik feronikel itu, mendapat suplai listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) PT PLN. Proses penyalaan pembangkit listrik tahap kedua akan dilakukan semester pertama 2023. Lalu, lanjut fase commissioning pembangkit, dan pabrik feronikel. ”Paling telat operasi pabrik feronikel Haltim semester kedua 2023,” tulis Syarif Faisal Alkadrie, Sekretaris Perusahaan Antam.


Selain smelter, Antam juga telah menuntaskan spin-off sebagian segmen usaha pertambangan nikel di Haltim, Maluku Utara kepada entitas usaha yaitu PT Nusa Karya Arindo (NKA), dan PT Sumberdaya Arindo (SDA) pada September 2022. Spin-off untuk mendukung pengembangan industri baterai kendaraan listrik berbasis nikel.


Antam bersama Hong Kong CBL Limited (HKCBL), anak perusahaan di bawah kendali Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) telah meneken jual beli saham bersyarat alias Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) atas sebagian kepemilikan saham Antam pada Sumberdaya Arindo pada Januari 2023. Itu langkah awal realisasi proyek pengembangan ekosistem EV Battery Indonesia, dan komitmen Antam mendukung pengembangan proyek tersebut.


Nanti Antam akan tetap mempertahankan status pemegang saham pengendali SDA sesuai ketentuan PSAK 65, sehingga tidak mengubah status SDA sebagai anak usaha terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan Antam. Selain itu, Antam juga meningkatkan nilai tambah produk bijih nikel laterit menjadi bahan baku EV Battery. Itu dilakukan melalui teken kerja sama dengan CNGR Hong Kong Material Science & Technology Co., Ltd. (CNGR) pada November 2022.


Antam melalui anak usaha Kawasan Industri Antam Timur (KIAT) akan membangun dan mengelola kawasan industri di area Izin Usaha Pertambangan ANTAM di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dan CNGR melalui anak usaha Pomalaa New Energy Material (PNEM) akan mengembangkan fasilitas pengolahan bijih nikel laterit menjadi nikel matte. (*)