EmitenNews.com -PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) menunjukkan kondisi yang tak baik-baik saja, Kondisi perseroan memang sangat terlihat mulai memburuk secara keuangan, ini bisa terlihat dengan capaian laba bersih yang anjlok hingga 92,04 persen hingga tersisa USD3,19 juta, sangat jauh dibandingkan kuartal I-2022 yang masih di angka USD40,17 juta.

 

perusahaan publik yang bergerak disektor Energi dan Kimia melalui kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan pabrik Amoniak mencatatkan pendapatan sebesar USD 87,8 juta, turun 45% YoY dan EBITDA sebesar USD 22,5 juta, turun 67% YoY ada laporan kuartal pertama Tahun 2023 yang dirilis hari ini. 

 

Pendapatan yang lebih rendah terutama disebabkan oleh harga komoditas yang lebih rendah serta penutupan dan pemeliharaan terjadwal pabrik Amoniak yang selama 3 minggu. Pabrik Amoniak telah beroperasi dengan produktivitas yang optimal dan efisien setelah berhasil menyelesaikan kegiatan pemeliharaannya.



Harga Amoniak global melemah pada 1Q23, terutama pada Bulan Maret seiring harga energi global yang kembali normal, sementara jumlah permintaan masih dalam pemulihan secara bertahap.

 

Selanjutnya, dengan dibukanya kembali China setelah Covid-19, membaiknya permintaan di sektor pupuk dan Eropa tetap berada di bawah tekanan harga gas yang tinggi, ESSA memperkirakan harga Amoniak akan kembali normal ke tingkat yang lebih sehat pada paruh kedua tahun ini.

 

Sehubungan dengan progress Proyek Blue Ammonia, ESSA dengan dukungan dari JOGMEC (Japan Oil, Gas, and Metals National Corporation), Mitsubishi Corporation, Pertamina, dan LAPI ITB telah menyelesaikan Tahap 1 studi carbon capture dan sequestration. Saat ini Tahap 2 studi kelayakan sedang berlangsung. Proyek ini akan menjadi tonggak penting bagi ESSA karena bertujuan untuk menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang memproduksi Blue Ammonia di tahun-tahun mendatang.