EmitenNews.com - Jucy Juliana menggenggam saham Leyand International (LAPD) lebih dari 5 persen. Itu setelah mendapat limpahan 508.260.231 helai alias 508,26 juta eksemplar. Pembelian terjadi dengan harga Rp58,39 per lembar. 


Nah, dengan skema harga itu, Jucy dipaksa merogoh kocek senilai Rp29,67 miliar. Transaksi tersebut telah dituntaskan pada 1 Agustus 2023. ”Transaksi untuk kepentingan investasi dengan status kepemilikan saham secara tidak langsung,” tulis Bambang Rahardja Burhan, Direktur Utama Leyand International. 


Jucy menjadi pemegang saham perseroan secara tidak langsung melalui Keraton Investments Ltd. Di mana, Keraton Investments Ltd merupakan pemegang 508,26 juta saham perseroan. Itu sesuai dengan statement of Account PT Brent Securities (pailit). ”Saya telah mengambil-alih kepemilikan pada Keraton Investments Ltd efektif sejak 1 Agustus 2023,” tegas Jucy.


Per 31 Agustus 2023, pemegang saham Leyand International antara lain Nano Indrawaty 322,43 juta helai atau 8,13 persen. Keraton Investments Ltd 508,26 juta lembar alias 12,81 persen. Laymand Holdings Pte 1,2 miliar saham setara 30,26 persen.


Selanjutnya, Intiputera Bumitirta 760,25 juta saham selevel 19,17 persen. Leo Andyanto mengemas 227,32 juta eksemplar setara dengan kepemilikan 5,73 persen. Dan, terakhir masyarakat mengempit 948,06 juta eksemplar setara dengan porsi kepemilikan 23,9 persen.


Leyand International giliran masuk barisan delisting. Perseroan telah melakoni pembekuan sepanjang 36 bulan terakhir. Artinya, suspensi telah mendera perseroan telah berumur 3 tahun. Berdasar ketentuan regulasi, perusahaan terbuka terancam didepak dari lantai bursa efek Indonesia apabila saham perusahaan yang akibat suspensi di pasar reguler, dan pasar tunai, hanya diperdagangkan di pasar negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir. 


Selanjutnya, mengalami kondisi, atau peristiwa, secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha, baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan, dan perusahaan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan secara memadai. 


Per 6 Juni 2023, dewan komisaris dan direksi sebagai berikut. Komisaris Utama Rustono Fulia, Komisaris Independen Frans Saul Noija, Komisaris Bobby Alianto, Direktur Utama Bambang Rahardja Burhan, dan Direktur Independen Yehezkiel Fulia. (*)