EmitenNews.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengklaim investor, dan pengusaha Uni Emirat Arab (UEA) antusias berinvestasi di Indonesia. Pendeknya, saudagar timur tengah itu, tidak sabar untuk menanam modal pada sejumlah proyek. 


“Sejumlah perusahaan investasi sangat optimistis bekerja sama dalam beberapa proyek bisa disinergikan antara UAE, dengan Indonesia," tutur Erick di sela-sela mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdialog dengan sejumlah investor, dan pengusaha di Hotel Emirates Palace, Abu Dhabi, UEA, Jumat (1/7).


Para pengusaha dan investor hadir dalam pertemuan dengan Jokowi antara lain National Security Advisor Sheikh Tahnoun bin Zayed Al Nahyan, CEO Abu Dhabi Holding Mohamed Hassan Al Suwaidi, dan Executive Director Lulu Group Ashraf Ali.


Erick menyebut ada empat poin penting menjadi pembahasan utama dalam pertemuan tersebut. Yaitu, kerja sama bidang logistik udara, ibu kota Nusantara (IKN), pembangunan wisata laut dalam konteks ekonomi biru, dan perbandingan kebijakan keuangan Indonesia dengan banyak negara. UEA dan Indonesia bisa menjadi mitra saling menguntungkan di tengah ketidakpastian rantai pasok, logistik, dan rantai pasok dunia. 


Erick mengatakan Indonesia merupakan pusat rantai pasok lantaran dikenal kaya akan sumber daya alam seperti energi hingga pangan. ”Secara bersamaan, UAE bisa menjadi jendela Indonesia untuk melakukan transaksional barang-barang kita ke luar negeri. Itu juga jadi bagian pembukaan lapangan kerja sangat besar untuk Indonesia, dan tentu bagaimana kita bisa memaksimalkan kerja sama ekonomi,” sambung Erick. 


Soal IKN, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi, dan penduduk pesat butuh ibu kota baru. Pemerintah perlu menyiapkan kota masa depan untuk penduduk mayoritas berusia muda. ”Tidak mungkin 50 juta usia muda Indonesia itu masuk kota-kota tua. Tentu dengan sistem teknologi terbarukan kita harus menyiapkan kota masa depan. UAE sendiri, Abu Dhabi sangat optimistis melihat contoh kota-kota besar dunia sekarang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi,” ulas Erick.


Jokowi, bilang Erick, memberi perhatian khusus terhadap pembangunan wisata laut mengedepankan ekonomi. Itu penting agar pembangunan ekonomi biru itu, dapat menjaga alam Indonesia, dan tidak sekadar mengeksploitasi. ”Kita punya Raja Ampat, dan Komodo sangat dilindungi. Sekarang kita coba melihat bagaimana membangun peta biru secara menyeluruh, wisata laut kita friendly atau sangat bersahabat dengan alam, dan juga dengan industri cruise atau wisata dengan kedekatan kepada kekeluargaan. Jadi, bukan sekadar entertainment, dan tourism,” beber Erick.


Mengenai perbandingan kebijakan keuangan Indonesia dengan banyak negara, itu dilakukan agar Indonesia bisa lebih kompetitif, dan bisa terus menjaring investasi sebagai pertumbuhan lapangan kerja. Jokowi dan Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed bin Sultan Al Nahyan juga menyaksikan pertukaran dokumen atau Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUAE-CEPA) di Istana Al Shatie, Abu Dhabi, UEA. 


Perjanjian kerja sama IUAE-CEPA berisi sejumlah kesepakatan berupa Nota Kesepahaman Manajemen Proyek Bersama tentang Mangrove antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dengan Kementerian Perubahan Iklim dan Lingkungan UEA, Protokol Perubahan Nota Kesepahaman antara Indonesia dan UEA tentang Kerja Sama Kelautan dan Perikanan, Nota Kesepahaman antara Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia dengan Kementerian Kesehatan UEA tentang kontrol vaksin dan obat-obatan, Protokol tentang Kerja Sama di bidang Industri Pertahanan dan Pengadaan Alat militer, Nota Kesepahaman dan Kerja Sama antara Universitas Nahdlatul Ulama dengan Universitas Kemanusiaan Mohammed Bin Zayed, serta Kontrak Pembelian Landing Platform Dock (LPD) antara PT PAL Indonesia dengan Angkatan Laut Persatuan Emirat Arab. (*)