EmitenNews.com - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk alias Bank Jatim makin menunjukkan tajinya sebagai bank daerah yang ingin membentuk kelompok usaha bank (KUB) besar. Upaya itu dilakukan Bank Jatim dengan menggenggam kepemilikan saham di beberapa bank daerah.

Terbaru, Bank Jatim secara resmi telah menjadi pemegang saham pengendali PT BPD Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) dan PT BPD Sulawesi Tenggara (Bank Sultra). Kepastian itu setelah Bank Jatim menyuntikkan penyertaan modal ke Bank NTT Rp100 miliar pada 11 Desember 2025 dan Rp100 miliar ke Bank Sultra pada 13 Desember 2025.

Di Bank NTT, Bank Jatim menggenggam kepemilikan 3,23%. Sementara di Bank Sultra sebanyak 3,38%.

Sebelum realisasi itu, Bank Jatim juga sudah menjadi pengendali PT BPD Banten Tbk (BEKS) dengan kepemilikan 0,05%. Tak hanya itu, pada 11 November 2025, Bank Jatim juga melakukan penyertaan modal ke PT BPD Lampung Rp100 miliar.

Pada 2024, Bank Jatim memang sudah memulai rencana pembentukan KUB melalui penyertaan modal ke PT BPD NTB Syariah. Saat itu, Bank Jatim memulai penyertaannya dengan dana Rp100 miliar pada 15 Agustus 2024 dan pada 9 Oktober 2024 kembali menambah dana Rp39,21 miliar.

Mengacu laporan keuangan per 30 September 2025, Bank Jatim memang merupakan salah satu bank daerah dengan modal yang cukup kuat. Di periode ini, modal inti Bank Jatim secara konsolidasi mencapai Rp13,6 triliun. Artinya, Bank Jatim telah masuk ke Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI 2) atau bank yang memiliki modal inti lebih dari Rp6 triliun hingga Rp14 triliun.

Bahkan jika ditambahkan dengan modal pelengkap, total modal Bank Jatim per 30 September 2025 mencapai Rp14,29 triliun.

Sementara itu, jika dilihat dari total aset, Bank jatim punya jumlah Rp125,1 triliun. Angka itu terdiri dari liabilitas dan dana syirkah temporer Rp110,07 triliun dan ekuitas Rp15,03 triliun.

Dalam total aset itu, Bank Jatim juga tercatat memiliki cadangan kas yang cukup besar. Nilainya mencapai Rp2,65 triliun.

Adapun secara performa keuangan, Bank Jatim mempunyai laba bersih Rp1,15 triliun per 30 September 2025, setelah berhasil menumbuhkan pendapatan bunga bersih menjadi Rp5,21 triliun. (*)