EmitenNews.com - Jelang akhir tahun, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) berupaya memacu pembiayaan sindikasi. Hal ini seiring pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.


PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat penyaluran kredit sindikasi sebesar Rp 15,4 triliun pada kuartal III 2021. Adapun realisasi ini terdiri dari 10 pipeline yang didominasi sektor kelistrikan, transportasi, dan agribisnis.


“Sampai akhir tahun ini atau pada kuartal IV 2021, terdapat empat pipeline yang saat ini menjadi prioritas BRI diselesaikan, pipeline tersebut diperoleh dari sektor mining, agribisnis, dan infrastructure dengan total plafond sebesar Rp 4 triliun sampai Rp 5 triliun,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto.


Melihat kondisi perekonomian 2022, lanjut Aestika, perseroan memprediksi pembiayaan sindikasi masih cukup besar serta dukungan penyelesaian proyek strategis nasional. Adapun strategi BRI dalam mendorong pertumbuhan kredit sindikasi dengan selective pipeline dengan mengutamakan sektor sektor yang memiliki resiliensi tinggi dari pandemi.


“Seperti agribisnis, serta menyasar sektor yang berdampak/ memicu pertumbuhan ekonomi seperti infrastruktur, manufaktur dan kelistrikan,” ucapnya.


Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menyebut pembiayaan sindikasi masih berjalan sesuai pipeline pada kuartal III 2021. Bank pelat merah ini juga telah menyelesaikan kesepakatan sindikasi bernilai puluhan triliun. Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengatakan perseroan telah melakukan closing sejumlah new deals dengan total sekitar ekuivalen sebesar Rp 57 triliun, porsi perseroan sebesar Rp 20 triliun atau sekitar 35 persen


“Sampai akhir tahun 2021, kami memproyeksikan bisnis sindikasi masih dapat tumbuh seiring kondisi perekonomian nasional yang membaik,” ucapnya.


Menurutnya realisasi itu diperkirakan kredit sindikasi tumbuh seiring potensi bisnis pembiayaan sektor-sektor yang menunjukkan pemulihan secara cepat pasca pandemi Covid-19, seperti kesehatan, telekomunikasi, konstruksi, infrastruktur, energi dan manufaktur. Maka itu, kata dia, pembiayaan sindikasi pun dinilai masih prospektif pada tahun depan.


“Kami akan meningkatkan pendapatan berbasis komisi (fee based income) dan mengoptimalkan manajemen risiko. Seiring dengan kondisi perekonomian nasional yang membaik, kredit 2022 diproyeksikan tumbuh kisaran tujuh persen sampai 10 persen,” ucapnya.


PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) optimistis laju pertumbuhan kredit sindikasi akan terus mengalami peningkatan. Hal ini seiring mulai membaiknya iklim ekonomi, yang sejalan dengan upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional.


SVP Corporate Solution Group Bank Mandiri Erwanza Nirwan mengatakan, pada November 2021 total kredit sindikasi sebesar Rp 157,01 triliun. Dari total nilai tersebut perseroan mendapatkan porsi pembiayaan sindikasi sebesar Rp 60,48 triliun.


“Melihat kondisi perekonomian yang berangsur membaik, kami optimistis permintaan kredit sindikasi akan terus meningkat. Kami memperkirakan ke depan tren permintaan sindikasi pada 2022 akan menunjukkan tren peningkatan terutama sektor-sektor unggulan,” ujarnya.