EmitenNews.com -Laporan keuangan emiten pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2023 harus rela mengalami penurunan laba bersih sebesar 10.19 persen menjadi Rp1,17 triliun, dibandingkan pada periode sam tahun 2022 yang tercatat Rp1,30 triliun.

 

Beberapa pos keuangan yang mejadi pemberat kinerja keuangan BFIN adalah lonjakan beban yang tercatat senilai Rp3,31 triliun atau bengkak hingga 49,15 persen dibandingkan sebelumnya Rp2,22 triliun.

 

Sedangkan dalam keterangan resminya, Sampai dengan September 2023, perjalanan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) untuk terus berkembang dan bertransformasi sebagai perusahaan pembiayaan dengan layanan terdepan dan berbasis teknologi masih terus berjalan sesuai rencana. Proses ini dilakukan sembari terus mempertahankan kinerja terbaik perusahaan sebagai bentuk komitmen mewujudkan salah satu misinya yaitu, mencapai tingkat pengembalian modal yang superior dan menjadi perusahaan publik yang tepercaya.

 

Kinerja baik ini disampaikan melalui pencapaian kualitas pembiayaan yang terkendali dan terbukti resilient dalam melewati berbagai isu peningkatan risiko industri pembiayaan di kuartal kedua kemarin, antara lain, berakhirnya status pandemi yang diprediksi mempengaruhi profil debitur dan konsumen, turunnya pembiayaan sebagai dampak libur panjang lebaran yang membuat volume penjualan kendaraan bermotor berkurang dan tertundanya pembayaran nasabah, hingga masalah disrupsi operasional di lingkup internal. 

 

Nilai pembiayaan baru dilaporkan mencapai Rp14,5 triliun atau meningkat 5,3% dibandingkan periode yang sama di tahun 2022 (year-on-year/yoy), dan 4,3% meningkat dari kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq).  Mayoritas nilai pembiayaan baru sebesar 58,3% berasal dari pembiayaan berjaminan (refinancing) kendaraan roda empat yang memang merupakan core bisnis Perusahaan. Pertumbuhan nilai tersebut berkontribusi terhadap peningkatan nilai total pembiayaan bersih dari Rp17,5 triliun menjadi Rp20,5 triliun atau naik 16,9% yoy, yang secara keseluruhan turut mendorong kenaikan nilai aset dari Rp20,0 triliun menjadi Rp24,2 triliun atau naik 20,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

 

Sembari terus menjaga kondisi likuiditas dan rentabilitas di tingkat yang aman, BFI Finance tetap memastikan diri untuk menjaga rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) berada di bawah rata-rata industri sebagaimana tren sebelumnya. NPF bruto Perusahaan per September 2023 tercatat 2,02% sementara NPF neto berada di level 0,36%. 

 

“Kami cukup agile menghadapi dinamika perkembangan kondisi eksternal dan juga tentunya internal Perusahaan. Dengan adanya disrupsi operasional pada akhir semester pertama kemarin, kami mengetatkan penyaluran pembiayaan baru serta berbenah di segala lini, contohnya menjaga kualitas pembiayaan untuk mencapai level optimal serta peningkatan infrastruktur keamanan digital,” ujar Sudjono, Direktur Keuangan BFI Finance.

 

Sampai dengan kuartal ketiga ini, net gearing ratio BFI Finance tercatat sebesar 1,2 kali, jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan regulator untuk perusahaan pembiayaan, yakni sebesar 10 kali. Persentase Return on Asset (RoA) dan Return on Equity (RoE) terpantau masing-masing berada di level 8,0% dan 17,1%. 

 

Dari keseluruhan ini, Perusahaan berhasil membukukan total pendapatan sebesar Rp4,8 triliun, meningkat 23,9% yoy dengan laba setelah pajak dilaporkan sebesar Rp1,2 triliun, sedikit menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp1,3 triliun.