EmitenNews.com -Meski berhasil tutup tahun 2023 dengan pertumbuhan pencatatan perusahaan tercatat atau IPO sebanyak 79 emiten baru, sebaliknya tahun 2024 PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan jumlah IPO sebanyak 62 perusahaan.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman menuturkan, dari sisi suplai jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah melampaui angka 900 pada November 2023 lalu. Sampai saat ini, terdapat 903 perusahaan tercatat saham. "Sejak 2018, rata-rata setahun perusahaan tercatat sebanyak 50 perusahaan lebih, bahkan tahun ini sebayak 79 perusahaan mencatatkan sahamnya di BEI," ujar Iman di Jakarta, kemarin. 

Menurut Iman, pencatatan saham perusahaan tercatat di BEI tahun ini meningkat 9,3% dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan jumlah perusahaan tercatat ini menjadi peningkatan pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara. "Tidak banyak yang tumbuh positif (untuk IPO). Semuanya tumbuh di bawah Indonesia atau di bawah IDX," tuturnya. 

Sementara itu, secara proceed atau nilai pengumpulan dana, IPO perusahaan di Indonesia menempati nomor 9 di dunia, dengan raihan US$3,6 miliar sepanjang 2023. Adapun secara keseluruhan, BEI menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue mencapai 230 pencatatan pada 2024. BEI mencatat hingga 28 Desember 2023, terdapat 385 pencatatan efek yang terjadi sejak awal tahun atau secara year to date (YTD). 

Untuk rata-rata nilai transaksi harian (RNTH), BEI menargetkan RNTH mencapai Rp12,25 triliun pada 2024, dengan target jumlah investor baru sebanyak 2 juta investor. Hingga 28 Desember 2023, realisasi RNTH mencapai Rp10,75 triliun, dengan jumlah investor baru mencapai 1,8 juta per 27 Desember 2023. 

Sementara Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menambahkan, terdapat 30 perusahaan yang tengah mengantre untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) per 29 Desember 2023. Sebanyak 9 di antaranya memiliki aset jumbo di atas Rp250 miliar. "Hingga saat ini terdapat 30 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman. 

Dirinya menuturkan dari 30 perusahaan tersebut, sebanyak 9 perusahaan merupakan perusahaan dengan aset skala besar dengan nilai aset lebih dari Rp250 miliar. Kemudian sebanyak 19 perusahaan dengan aset skala menengah, dengan jumlah aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Sisanya, 2 perusahaan kecil dengan aset kurang dari Rp50 miliar. Rinciannya, sebanyak 3 perusahaan berasal dari sektor basic materials, 6 perusahaan dari sektor consumer cyclicals, dan 4 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals. Lalu 2 perusahaan dari sektor energy, 5 perusahaan sektor industrials, 3 perusahaan sektor infrastructures, satu perusahaan masing-masing dari sektor properties dan real estate serta transportation and logistics, dan 5 perusahaan sektor teknologi. 

Kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan dari 30 perusahaan antre dalam pipeline, terdapat BUMN yang berencana melakukan IPO. "Tetapi, ada beberapa yang belum bisa saya sebutkan," kata Inarno.