EmitenNews.com - PT Astrindo Nusantara Infrastruktur (BIPI) mencaplok PTT Mining Ltd (PML) Hongkong USD471,16 juta. Aksi itu dilakukan melalui anak usaha yaitu PT Sintesa Bara Gemilang (SBG). Share Purchase Agreement (SPA) telah diteken pada 2 Agustus 2022 melibatkan PTT International Holding (PIH) Limited, dan PT SBG.


Akuisisi itu berupa pembelian 100 lembar saham PTT Mining Ltd senilai HKD1 per lembar, dan 20.415.608 lembar dengan nilai USD24,38 per saham. Nilai akuisisi USD471,16 juta masuk material karena mencapai 95,13 persen dari total ekuitas perseroan per 30 Juni 2022. Oleh karena transaksi melebihi 50 persen dari ekuitas perseroan, rencana harus mendapat persetujuan investor melalui rapat umum pemegang saham.


Nah, untuk melempangkan jalan akuisisi tersebut, perseroan akan menggelar RUPS Luar Biasa pada Jumat, 25 November 2022 pukul 14.00 WIB. Peserta berhak terlibat rapat dengan nama tercatat sebagai Pemegang saham pada 2 November 2022. Rapat berlokasi di Sopo Del Office & Life style, Jalan Mega Kuningan Barat III Lot 10.1-6. Jakarta Selatan. Agenda rapat persetujuan pencaplokan seluruh saham PTT Mining Ltd oleh entitas Astrindo yaitu SBG.


Manajemen Astrindo optimistis kalau hajatan itu, terwujud akan mendapat kontribusi positif di masa mendatang. Tentu akan memperkuat posisi perseroan sebagai salah satu perusahaan dalam bisnis infrastruktur energi indonesia. Dengan posisi kuat, akan menjadi daya tarik investasi, dan akses pembiayaan dari para investor, dan kreditur kepada perseroan makin meningkat.    


Sekadar informasi, PTT Mining Ltd merupakan entitas anak usaha PTT International Holding Limited. Sebuah perusahaan energi Thailand terintegrasi penuh. Mengoperasikan bisnis terdiri dari gas alam, transmisi gas, perdagangan internasional, bisnis baru, dan bisnis infrastruktur. 


PTT Mining Ltd memiliki sejumlah konsesi tambang batu bara. Antara lain di Brunei Darussalam, Madagaskar, dan tiga tambang batu bara berlokasi di Kalimantan, Indonesia. ”Transaksi itu, akan mendongkrak keuangan tahun buku 2022 karena lonjakan harga batu bara,” tulis Kurniawati Budiman, Corporate Secretary Astrindo Nusantara.


Transaksi itu, tidak berdampak negatif terhadap perseroan. Baik dari sisi kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha emiten sebagai perusahaan terbuka alias publik. (*)