EmitenNews.com—PT Barito Pacific Tbk (BRPT) terus melakukan ekspansi bisnisnya dalam pengembangan segmen energi terbarukan sebagai langkah strategi diversifikasi untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan bisnis dari Barito Group.


BRPT melalui Star Energy Geothermal, fokus menggarap dua eksplorasi area yang saat ini kami miliki dan masih dalam proses perizinan atau permit. Kemudian sesaat lagi akan terealisasi penambahan kapasitas dari Salak Binary, kami berharap ditahun mendatang dapat beroperasi dan memberikan tambahan kurang lebih 15 megawatt, kata manajemen BRPT.


Untuk PLTU Jawa 9 dan 10 sudah mulai konstruksi sejak tahun 2020, sejauh ini progresnya sudah sesuai dengan target. Kami berharap awal tahun 2025 kedua unit sudah bisa beroperasi.


Terkait dengan Kapan akan mulai implementasi green ammonia co-firing di PLTU Jawa 9 dan 10. Penandatanganan MoU ini adalah untuk studi kemungkinan penggunaan green amonia sebagai bahan bakar sebanyak 60%.


Adapun harga bahan baku petrokimia seperti nafta pun melonjak. Kondisi ini akhirnya berdampak terhadap perolehan margin laba. Menimbang karakteristik cyclicals di sektor petrokimia, BRPT pun tak hanya fokus ekspansi di sektor ini.


BRPT juga ikut melebarkan sayap ke sektor energi, terutama energi terbarukan. Pasalnya, sektor energi memberikan kontribusi yang stabil dari sisi likuiditas maupun profitabilitas.


Langkah itu telah dimulai dengan mengakuisisi Star Energy Geothermal pada tahun 2018.


Di samping menggeber pengembangan energi terbarukan, BRPT juga menggenjot ekspansi di segmen lainnya. Yakni petrokimia dan energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ).


Melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Barito Group menggarap kompleks Chandra Asri Perkasa (CAP) 2. Proyek tersebut sedang dalam persiapan perancangan atau Engineering, Procurement and Construction (EPC) bidding.


Sedangkan menyangkut transaksi inbreng seluruh saham BRPT dan GE didalam SEGHPL kedalam BREN disebutkan, latar Belakang transaksi inbreng ini merupakan restrukturisasi struktur Perusahaan yang ada di Barito Grup yang cukup lazim dilakukan oleh grup usaha pada umumnya. Jadi dalam hal ini Barito memiliki satu segmen usaha yang berfokus pada energi terbarukan, sehingga kami merasa akan lebih baik apabila memiliki satu induk perusahaan yang berada di Indonesia yang menaungi seluruh bisnis energi terbarukan dari Barito Grup.


Saat ini kami memiliki Star Energy Geothermal, namun untuk kedepan salah satu fokus kami adalah mengembangkan sektor energi terbarukan. Sehingga rencannya apabila ada unit usaha baru yang berkaitan dengan energi terbarukan akan ditempatkan di bawah induk perusahaan yang sama.


Untuk Star Energy Geothermal Wayang Windu Unit-3 memang sedang dalam proses pemantapan perhitungan yang sedang dilakukan selain daripada penyelesaian pengurusan izin dan permit. Progres masih tetap berjalan sampai beberapa tahun kedepan.


Kapasitas Star Energy Geothermal saat ini sebesar 875 megawatt, untuk tahun depan seperti yang saya sampaikan sebelumnya akan ada penambahan kapasitas 15 megawatt dari unit baru.


dua pilar utama dari Barito Group dari sektor petrokimia dan sektor energi dalam hal ini Star Energy Geothermal memang sektor petrochemical memiliki dinamika yang bersifat cyclical, ini juga merupakan salah satu alasan kenapa ditahun 2018 kami mengakuisisi Star Energy Geothermal.


Tentunya dinamikanya sedikit berbeda dimana sektor energi memberikan kontribusi yang cukup stabil dari sisi likuiditas maupun profitabilitas dan terbukti semenjak akuisisi, kami telah melihat hasil dari strategi dan tujuan akuisisi ini dalam kurang lebih tiga tahun terakhir yaitu disaat dunia usaha dan kondisi makro yang masih cukup dinamis akibat pandemi, kami bisa memiliki bottom line result yang cukup stabil, profitabilitas margin yang juga cukup stabil. Dan tentunya ini tidak lepas dari fokus kami untuk tetap menjaga posisi balance sheet dan likuiditas yang baik supaya kami selalu siap apabila kondisi makro ekonomi membaik dan bisa menangkap peluang tersebut