Cerita LBP Soal Kondisi Keuangan Proyek Whoosh, Busuk Barang Itu

Presiden ke-7 RI Joko Widodo dengan latar belakang Kereta Cepat Whoosh. Dok. BeritaSatu.
EmitenNews.com - Kondisi keuangan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh sudah bermasalah sejak awal. Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan proyek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) itu, sudah dalam keadaan buruk ketika pertama kali ditanganinya. Ia bahkan mengistilahkannya sebagai barang busuk.
“Saya sudah bicara dengan China karena saya yang dari awal mengerjakan itu. Saya terima sudah busuk itu barang,” ujar Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara “1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran” di Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Kita tahu, Luhut Binsar Pandjaitan adalah sosok menteri yang mendapat kepercayaan besar dari Presiden ke-7 RI Joko Widodo. Dalam posisinya sebagai Menko Maritim dan Investasi, LBP yang ditunjuk sebagai Ketua Komite Kereta Cepat, diminta menghadap Presiden, 24 Juli 2024, di tengah tudingan PT Wijaya Karya atau WIKA merugi karena proyek Whoosh.
Kondisi itu membuat pemerintah melakukan audit keuangan. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ikut dilibatkan untuk menelusuri masalah keuangan proyek KCIC tersebut.
Karena mengetahui kondisi proyek Whoosh yang bermasalah sejak awal, Opung Luhut tergerak ikut menyelesaikannya agar tidak memberatkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto saat ini. Ia mengaku sudah berkomunikasi dengan pihak China sejak beberapa waktu lalu untuk mengatasi masalah tunggakan megaproyek itu.
Dengan semangat itu, Luhut menegaskan utang KCIC kepada China tidak pernah diminta untuk dibayar melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). “Siapa yang minta APBN? Tak ada yang pernah minta APBN. Tetapi, restrukturisasi.”
Luhut merespon pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menyatakan penolakannya membayar utang Whoosh dengan APBN. Ia mendorong BPI Danantara untuk menangani masalah itu.
Menurut Luhut, Indonesia dan China telah berunding soal restrukturisasi utang KCIC itu, sejak tiga bulan lalu. Ia menyebut China sudah menyepakati opsi restrukturisasi itu. Namun, prosesnya masih menunggu terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) tentang pembentukan tim khusus restrukturisasi itu.
“Tinggal tunggu Keppres supaya timnya bisa berunding. China sudah bersedia kok, enggak ada masalah. Saya bilang ke China tiga bulan lalu itu, tinggal tunggu Keppres supaya timnya kerjakan,” tambahnya.
Kondisi keuangan KCIC dilaporkan berada dalam tekanan berat. Pendapatan tiket dari jutaan penumpang Whoosh belum mampu menutup beban keuangan yang besar. Beban cicilan utang ke China berikut bunga dan biaya operasional tinggi membuat KCIC mencatat kerugian triliunan rupiah.
Satu hal, meski laporan keuangan KCIC tidak pernah dipublikasikan, kondisi perusahaan bisa dilihat dari laporan PT Kereta Api Indonesia (KAI), salah satu pemegang saham terbesar. KAI bersama tiga BUMN lain menanggung kerugian Whoosh melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2025 (unaudited), PSBI mencatat rugi Rp4,195 triliun sepanjang 2024. Hingga paruh pertama 2025, PSBI sudah merugi Rp1,625 triliun. Sebagai pemimpin konsorsium, KAI memiliki saham terbesar di PSBI sebesar 58,53 persen. Sisanya dimiliki oleh Wika 33,36 persen, Jasa Marga 7,08 persen, dan PTPN VIII 1,03 persen.
Nah, dengan kepemilikan terbesar, KAI menanggung beban kerugian paling tinggi. Pada semester I-2025, KAI menanggung rugi Rp951,48 miliar. Pada 2024, dari total rugi PSBI Rp4,19 triliun, KAI menanggung Rp2,24 triliun. ***
Related News

Kasus Korupsi Mal Lombok, Tolak Vonis 6 Tahun Eks Bupati Ini Banding

Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan, Pemerintah Masih Verifikasi Data

Jangan Kaget! Ada Tambang Ilegal di Kawasan IKN, Negara Rugi Rp5,7T

Fokus Perbaikan Infrastruktur 50 Kota Prioritas, Ini Target Pemerintah

Tambang Ilegal Marak, Bareskrim Polri Bongkar Modus Operandinya

Aktivis Ini Dorong Kejagung Usut 13 Perusahaan Penikmat Solar Murah