EmitenNews.com - PT Cisarua Mountain Dairy (CMRY) menyisakan dana hasil initial public offering (IPO) Rp2,76 triliun. Dana taktis itu tersimpan dan bertebaran pada sejumlah perbankan. Membiak pada instrumen investasi macam deposito berjangka, giro, dan obligasi.


Untuk deposito berjangka mendekam pada lima bank. Senilai Rp177,5 miliar bersarang di BCA dengan jenis simpanan deposito berjangka. Dana itu, ditaruh sepanjang 1 bulan dengan bunga 1,90 persen. Lalu, sejumlah Rp500 miliar mengendap di OCBC NISP berdurasi 1 bulan berbunga 2,65 persen.


Selanjutnya, CIMB Niaga kebagian Rp500 miliar berjangka 1 bulan dengan bunga 2,50 persen. Lalu, Bank Danamon mendapat Rp500 miliar bertenor 1 bulan dengan bunga 2,75 persen. Dan, Bank Permata kebagian penempatan Rp500 miliar berjangka satu bulan dengan bunga 3,25 persen. Bank BCA kebagian giro Rp73 miliar berdurasi 1 bulan dengan bunga 0,20 persen. 


Sedang untuk jenis simpanan obligasi ada lima. ORI020 senilai Rp253 miliar berjangka 33 bulan dengan bunga 4,95 persen. SR15 sejumlah Rp101 miliar berdurasi 31 bulan berbunga 5,10 persen. Lalu, ORI 19 sejumlah Rp51 miliar berjangka 24 bulan dengan bunga 5,57 persen.


Selanjutnya, penempatan pada Indon 23 NN sebesar Rp43,67 miliar berjangka 11 bulan dengan tingkat bunga 2,95 persen, dan penempatan pada Indon 24 N sejumlah Rp60,49 miliar berjangka 24 bulan dengan tingkat imbal hasil 4,45 persen. 


Sekadar informasi, pada 6 Desember 2021, Cisarua Mountain mengoleksi dana bersih dari IPO sejumlah Rp3,58 triliun. Berdasar rencana, dana tersebut untuk sejumlah kebutuhan. Misalnya, belanja modal untuk penambahan kapasitas produksi Rp1,18 triliun. Penyetoran modal ke entitas anak PT Macroprima Panganutama Rp896 miliar.


Selanjutnya, suntikan modal ke entitas anak PT Macrosentra Niagaboga Rp717 miliar. Ekspansi saluran distribusi Rp537 miliar. Dan, modal kerja operasional dan kegiatan lainnya Rp251 miliar. Namun, pada faktanya realisasi penggunaan dana IPO baru mencapai Rp825,57 miliar.


Tepatnya, belanja modal untuk penambahan kapasitas produksi Rp533,91 miliar. Ekspansi saluran distribusi Rp40 miliar, dan modal kerja operasional, dan kegiatan lainnya sejumlah Rp251 miliar. (*)