Ditopang Trio Sektor Ini, Ekspor Jateng Tumbuh 7,5 Persen

Ilustrasi industri tekstil dan produk tekstil di Jawa Tengah. Dok. Seremonia.id.
EmitenNews.com - Di tengah gejolak global, ekspor Jawa Tengah mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) sepanjang Januari-April 2025. Indonesia Eximbank/Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mencatat kinerja itu lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor nasional yang berada di level 6,7 persen. Kontribusi trio sektor TPT, furnitur dan produk kulit penyumbang terbesar.
Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank Rini Satriani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (23/6/2025), menjelaskan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi penyumbang terbesar dalam struktur ekspor Jawa Tengah. Kontribusinya 43,8 persen terhadap total ekspor TPT nasional.
Sektor TPT, bersama furnitur dan produk kulit, menjadi tiga sektor utama yang menopang ekspor Jawa Tengah dengan porsi 46,6 persen. Hal ini menunjukkan kekuatan industri kreatif dan manufaktur berbasis kerajinan yang telah lama menjadi ciri khas daerah ini.
Sebaran ekspor Jawa Tengah juga menunjukkan konsentrasi yang kuat pada komoditas unggulan. Sekitar 80,3 persen ekspor provinsi ini berasal dari 10 komoditas utama: pakaian dan aksesori, alas kaki, kayu dan produk kayu, serta barang dari kulit samak.
Meski nilai ekspor didominasi oleh korporasi besar yang telah konsisten menembus pasar global selama lima tahun terakhir, kontribusi dari pelaku usaha kecil dan menengah (UKME dan UMBE) tetap signifikan.
“Sektor-sektor seperti kayu, furnitur, dan produk kulit justru menunjukkan bahwa pelaku UKME-UMBE memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan dan diversifikasi ekspor daerah,” ujar Rini Satriani.
Namun, eksportir Jawa Tengah masih menghadapi tantangan. Salah satunya terkait 73,8 persen ekspornya terkonsentrasi pada 10 negara tujuan utama. Amerika Serikat dan Jepang menyerap lebih dari separuh total ekspor Jateng itu.
Ketergantungan itu membuat Jawa Tengah rentan terhadap gejolak pasar global. Terutama di tengah perang dagang antara AS dan Tiongkok, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Meski begitu, peluang tetap terbuka lebar bagi pelaku ekspor Jawa Tengah di tengah tekanan global. Produk dengan sensitivitas politik rendah seperti tekstil non-fesyen, produk kemasan ramah lingkungan, dan barang seni menjadi alternatif ekspor yang dinilai menjanjikan.
Dalam jangka pendek, eksportir Indonesia masih dapat mengoptimalkan pasar Amerika Serikat yang tetap menjadi salah satu tujuan ekspor utama, terutama untuk produk seperti kertas kemasan dan furnitur. Peluang ini dapat dimaksimalkan dengan memanfaatkan celah pasar serta berbagai kebijakan insentif yang tengah diberlakukan pemerintah AS bagi pelaku usaha AS.
Tetapi, dalam jangka panjang, strategi perlu diarahkan pada diversifikasi pasar ke kawasan lain seperti Asia Tengah, Eropa, dan Korea Selatan. Diversifikasi ini penting dilakukan melalui pemanfaatan perjanjian dagang bilateral maupun multilateral guna meningkatkan daya saing dan ketahanan ekspor nasional.
Pelaku ekspor perlu tetap waspada terhadap eskalasi tensi geopolitik, khususnya di Timur Tengah. Situasi perang Iran versus Israel didukung Amerika itu, berpotensi memicu gangguan distribusi dan hambatan logistik pada jalur perdagangan global.
Di luar itu, eksportir TPT disarankan bertransformasi menuju produksi bersertifikasi ESG. Langkah strategis ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing di pasar global yang semakin menuntut keberlanjutan dan kepatuhan sosial lingkungan. ***
Related News

Selat Hormuz Ditutup, Kapal Tanker Pertamina Pilih Lewati Rute Ini

Luncurkan Sustainable Funding Framework, SMI Rilis Obligasi Rp12T

Industri Kretek Hadapi Masalah, APTI Minta Solusi Konkrit Pemerintah

Masuknya Total Energies Perkuat Pencapaian Target Kenaikan Lifting

Ketahanan Pangan Butuh Dukungan Industri Alsintan

Serangan AS ke Iran Bikin Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS