EmitenNews.com -Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 yang tetap kuat di tengah perlambatan ekonomi global, diprediksi membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menguat dalam jangka pendek ke depan.

Mengutip data aplikasi perdagangan sejak akhir tahun lalu hingga Rabu (7/2) pukul 11.34 WIB, IHSG bergerak melemah dari 7.272 menjadi 7.259, turun 16 poin atau 0,2% secara year to date (YtD). Namun dalam seminggu terakhir, IHSG bergerak menguat dari 7.192 menjadi 7.259, menguat 63 poin atau 0,9%.

Community Lead IndoPremier Sekuritas, Angga Septianus mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi RI tahun lalu akan cenderung positif untuk IHSG Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar 5,05%, dan khusus Q42023 tumbuh 5,04% yoy/0.45% qoq.

"Capaian ini di atas estimasi konsensus 4,97% - 5,00%," kata Angga saat dihubungi Ipotnews, hari ini.

Data ini menjadi indikator positif untuk investor bahwa pertumbuhan ekonomi indonesia kuat ditengah tantangan global. Mulai dari perlambatan ekonomi China, dan konflik Timur Tengah yang membuat harga komoditas tidak stabil.

Angga melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi domestik yang menjadi pilar utama dengan kontribusi lebih dari 50%, atau tepanya kurang lebih 53% di Q4 2023. Kondisi ini tentunya harus diperhatikan investor saham untuk beralih ke ketahanan domestik.

"Sektor sektor yang layak dipertimbangkan adalah yang diuntungkan seperti emiten sektor ritel yang berkaitan dengan konsumsi domestik, lalu emiten perbankan," pungkas Angga.

Sebagaimana diketahui, Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (5/2) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Q4 2023 tumbuh sebesar 5,04% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 4,94% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2023 tercatat tumbuh kuat sebesar 5,05% (yoy).

Pada 2024, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat dalam kisaran 4,7% - 5,5% didukung oleh permintaan domestik utamanya berlanjutnya pertumbuhan konsumsi, termasuk dampak positif penyelenggaraan pemilu, serta peningkatan investasi khususnya bangunan sejalan dengan berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).

Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan belum kuat sebagai dampak ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang menurun. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik.