Kerja keras APBN melalui Belanja Negara didukung oleh program pemulihan ekonomi dan upaya untuk menjaga dampak adanya ketidakpastian. Realisasi Belanja K/L tercapai sebesar Rp954,4 triliun (100,9% dari Pagu), utamanya dimanfaatkan untuk penanganan pandemi Covid-19 termasuk pembayaran klaim pasien, insentif nakes, dan vaksinasi/obat-obatan. Selain itu, Belanja K/L juga digunakan untuk mendorong pemulihan ekonomi melalui penyaluran bantuan subsidi upah (BSU) dan berbagai bansos. Tak ketinggalan, pemerintah juga telah merealisasikan pembayaran selisih harga biodiesel serta penyaluran beasiswa LPDP dan Dana BOS. Dari sisi belanja modal, Belanja K/L juga dimanfaatkan untuk pengadaan peralatan/mesin, jalan, jaringan dan irigasi. Sementara Belanja Non-KL hingga 14 Desember 2022 mencapai Rp1.013,5 triliun (74,7% dari Pagu) utamanya didukung penyaluran subsidi, kompensasi BBM dan listrik, dan pembayaran pensiun (termasuk THR dan Pensiun ke-13) serta jaminan kesehatan ASN.

 

Peran APBN sebagai shock absorber di tengah peningkatan dampak risiko global juga ditunjukkan oleh penyaluran program perlindungan sosial tambahan, yaitu berupa Bantuan Langsung Tunai BBM (BLT BBM), Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan Dukungan APBD yang telah terealisasi sebesar Rp23,1 triiliun per 14 Desember 2022. Bantuan tambahan tersebut melengkapi program perlinsos yang sudah ada sebelumnya seperti Program Keluarga Harapan (PKH), kartu sembako, BLT Minyak Goreng, Bantuan Tunai PKL WN, Subsidi Bunga KUR, dan BLT Desa. Pemberian bantuan tambahan tersebut ditujukan untuk memberi manfaat lebih besar dan efektif bagi masyarakat bawah, serta agar dampak peningkatan risiko global tidak dirasakan terlalu dalam.

 

Selanjutnya, realisasi Transfer ke Daerah (TKD) sampai dengan 14 Desember 2022 mencapai Rp749,7 triliun atau 93,2% dari Pagu, tumbuh sebesar 1,9% (yoy), didorong oleh peningkatan kepatuhan pemda yang lebih baik sehingga sebagian besar jenis TKD mengalami kenaikan kinerja penyaluran. Selain itu, kinerja penyaluran DBH reguler yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kemudian, kinerja penyaluran DAK Fisik DID dan Dana Desa pada tahun 2022 lebih baik, namun nominalnya lebih rendah karena pagu alokasi TA 2022 yang lebih rendah dibandingkan TA 2021. Sementara itu, kinerja penyaluran DAK Nonfisik lebih rendah terutama karena penurunan penyaluran Dana TPG akibat adanya optimalisasi sisa dana di RKUD sesuai rekomendasi Kemendikbudristek.

 

Kinerja PC-PEN tahun 2022 didorong oleh Perlinmas dan hingga 9 Desember 2022 mencatatkan realisasi sebesar Rp330,7 triliun atau 72,6% dari total alokasi sebesar Rp455,62 triliun. Akselerasi penyaluran PC-PEN masih perlu dilanjutkan dan terus berproses untuk mendukung penguatan pemulihan ekonomi.

 

Selanjutnya, pembiayaan investasi terus didorong untuk mendukung pembangunan di sektor prioritas dan upaya pemulihan ekonomi. Realisasi pembiayaan investasi sampai dengan 14 Desember 2022 mencapai Rp82,05 triliun, terutama pada pembiayaan investasi pada klaster infrastruktur mendukung belanja modal K/L, khususnya dalam penyelesaian proyek strategis nasional dan pembiayaan sektor perumahan.

 

Pendapatan Negara Melanjutkan Kinerja Baik dan Konsisten Bertumbuh. Pendapatan negara melanjutkan kinerja baik dan tumbuh 36,9% (yoy), ditopang kenaikan harga komoditas dan pemulihan ekonomi yang terjaga. Bahkan realisasi pendapatan negara pada APBN 2022 kinerjanya telah melampaui target Perpres 98/2022. Hingga 14 Desember 2022, Pendapatan Negara tercapai sebesar Rp2.479,9 triliun atau 109,4% dari Pagu.

 

Kinerja penerimaan pajak masih tumbuh positif, konsisten sejak April 2021 sejalan dengan pemulihan ekonomi. Kinerja penerimaan pajak yang sangat baik hingga 14 Desember 2022 mencapai Rp1.634,4 triliun, atau 110,1% dari Pagu dan tumbuh 41,9% (yoy). Kinerja penerimaan pajak yang baik tersebut masih dipengaruhi oleh tren peningkatan harga komoditas, pertumbuhan ekonomi yang ekspansif, serta implementasi UU HPP seperti penyesuaian tarif PPN, PPN PMSE, serta Pajak Fintech dan Kripto.

 

Penerimaan Kepabeanan dan Cukai terealisasi sebesar Rp293,1 triliun atau 98,0% dari Pagu dan tumbuh 20,0% (yoy), didukung kinerja positif seluruh komponen. Kinerja Bea Masuk secara akumulatif masih tumbuh signifikan sebesar 33,1% (yoy) antara lain dipengaruhi oleh peningkatan kinerja impor nasional, tingginya harga komoditas, serta menguatnya kembali aktivitas ekonomi dan industri. Selanjutnya, penerimaan Bea Keluar juga mencatatkan pertumbuhan dua digit secara akumulatif, yaitu tumbuh 21,7% (yoy) dipengaruhi oleh penurunan harga Referensi CPO serta kenaikan volume dan harga konsentrat tembaga didorong naiknya permintaan dari Jepang. Selanjutnya, realiisasi cukai tumbuh 17,0% (yoy) dipengaruhi efek kenaikan tarif tertimbang di tengah penurunan produksi HT.