Kinerja PNBP sampai dengan 14 Desember 2022 mencapai Rp551,1 triliun (114,4 % dari Pagu). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, realisasi PNBP tumbuh 33,2% (yoy) atau meningkat Rp137,4 triliun dari tahun sebelumnya yang terutama didorong dari Pendapatan SDA, KND, dan PNBP Lainnya. Realisasi PNBP SDA migas tumbuh 56,5% (yoy), terutama didorong kenaikan rata-rata ICP selama sebelas bulan terakhir. Selanjutnya, realisasi PNBP SDA non-migas tumbuh 121,8% (yoy), terutama disebabkan kenaikan harga minerba. Selanjutnya, realisasi PNBP dari KND tumbuh 33,1% (yoy), terutama berasal dari kenaikan dividen BUMN Perbankan yang tumbuh 80,9% (yoy). Realisasi PNBP lainnya tumbuh 37,3% (yoy), didorong kenaikan pendapatan dari Penjualan Hasil Tambang dan pendapatan DMO (Domestic Market Obligation) minyak mentah. Sementara itu, realisasi PNBP dari BLU terkontraksi 30,1% (yoy) akibat turunnya Pendapatan Pengelolaan Dana Perkebunan Kepala Sawit.

 

Pembiayaan APBN Terjaga namun Tetap Merespon Volatilitas Pasar Keuangan. Realisasi APBN sampai dengan 14 Desember 2022 mencatat defisit Rp237,7 triliun atau terkontraksi 1,22% terhadap PDB. Realisasi defisit berjalan on-track seiring akselerasi belanja negara. Selanjutnya, kinerja APBN yang terjaga baik turut mendorong penurunan kebutuhan pembiayaan utang. Hingga 14 Desember 2022, realisasi pembiayaan utang mencapai Rp540,3 triliun atau turun 24,3% (yoy). Di tahun 2022, Pemerintah melanjutkan implementasi SKB I dan III, sekaligus sebagai tahun terakhir pelaksanaan SKB. Hingga 14 Desember 2022, SKB I (BI sebagai standby buyer) telah tercapai sebesar Rp49,1 triliun, sementara realisasi SKB III mencapai Rp95,4 triliun. Pembiayaan APBN tetap mengedepankan prinsip prudent, fleksibel, dan oportunistik di tengah kondisi pasar keuangan yang volatile. 

 

Kinerja APBN 2022 mampu secara efektif meredam gejolak ekonomi dan mendorong pemulihan ekonomi lebih cepat. Belanja negara yang tumbuh positif didukung pendapatan negara yang tumbuh tinggi mampu menstimulus perekonomian. Selain itu, kemiskinan kembali turun ke angka 9,54% serta mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak 4,2 juta orang per Agustus 2022. Namun demikian, gejolak ekonomi global masih perlu diwaspadai. Sebab, di penghujung tahun 2022 dan bahkan di tahun 2023 mendatang, tantangan global masih terus berlanjut akibat berbagai risiko seperti pengetatan kebijakan moneter, perang di Ukraina dan peningkatan tensi geopolitik negara-negara besar, serta perlambatan aktivitas manufaktur dan jasa. 

 

“APBN kita sampai dengan pertengahan Desember juga menunjukkan kinerja yang positif, karena dengan ekonomi yang kembali pulih, telah juga bisa mendukung pemulihan kesehatan APBN. Dengan APBN yang pulih, maka APBN terus bisa diposisikan menjadi instrumen yang diandalkan untuk menjaga rakyat, menjaga ekonomi, apakah sebagai countercyclical atau sebagai shock absorber. APBN sehat menjadi instrumen yang diandalkan untuk menjaga ketidakpastian. Kita tetap optimis bahwa ekonomi kita masih tumbuh di kuartal keempat ini dengan sangat baik, meskipun kondisi global menunjukkan tanda-tanda pelemahan,” tegas Menkeu. Kinerja APBN perlu terus dijaga dan diarahkan untuk melindungi masyarakat, mendukung pemulihan, dan menjaga kesinambungan fiskal. Dengan demikian, kinerja solid APBN 2022 dapat terus mendukung optimisme pemulihan ekonomi Indonesia serta mengantisipasi ketidakpastian dan konsolidasi fiskal di 2023.

 

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan di Gedung Frans Seda, Jalan Dr. Wahidin Raya Nomor 1, Jakarta Pusat pada telepon (021) 3865330. Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi APBN KiTa (Kinerja dan Fakta) edisi Desember 2022 yang memberikan informasi lebih detil mengenai realisasi pelaksanaan APBN hingga pertengahan Bulan Desember 2022. Publikasi ini memberikan paparan informasi terkini mengenai kinerja, fakta, dan data APBN serta hasil-hasil konkret APBN dari waktu ke waktu termasuk dampaknya terhadap perekonomian.