EmitenNews.com - Aksi korporasi terbesar WIFI telah berhasil dieksekusi melalui Rights Issue (HMETD) pada Juli 2025, menggalang dana segar sebesar Rp5,9 triliun melalui penerbitan saham baru dengan harga pelaksanaan Rp2.000 per lembar. 

Keberhasilan finansial ini diperkuat oleh respons pasar yang luar biasa, mencatatkan hasil oversubscribed hingga 4 kali lipat dan tingkat eksekusi hak mencapai 92,5%. 

Dana ini secara eksplisit dialokasikan untuk pembangunan jaringan Fiber-to-the-Home (FTTH) dengan target 4 hingga 5 juta homepass di Pulau Jawa, sebuah strategi yang menempatkan WIFI sebagai pemain infrastruktur last-mile yang signifikan. 

Keberhasilan proyek modal ini menjadi prasyarat realisasi nilai jangka panjang bagi pemegang saham, seperti yang disampaikan oleh Direktur Utama Surge, Yune Marketatmo.

Kemitraan Strategis dan Penguatan Neraca

Keyakinan pasar diperkuat oleh peristiwa kunci tahun 2025: masuknya investor strategis global, NTT e-Asia (bagian dari NTT East). 

NTT e-Asia mengambil alih 49% saham anak usaha WIFI, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE)—badan yang bertanggung jawab atas pembangunan FTTH—dan memberikan suntikan modal serta dukungan teknologi. 

Keterlibatan mitra sekelas NTT e-Asia memberikan jaminan teknis dan kredibilitas operasional yang diperlukan untuk meluncurkan proyek masif 5 juta homepass.

Secara finansial, penggalangan dana right issue ini dan masuknya NTT e-Asia telah mengubah struktur neraca secara radikal. Total Ekuitas melonjak jadi Rp 8,18 triliun per 30 September 2025. 

Hal ini membuat proporsi Ekuitas terhadap total aset telah mencapai 65 persen. Lonjakan ini terjadi sebagian besar karena masuknya modal dari NTT e-Asia di anak perusahaan, yang kemudian dikonsolidasikan, memperkuat "financial shield" perusahaan terhadap risiko operasional.

Baca juga: WIFI Tembus Rp1T: Model Bisnis B2B Jadikan Surge Infrastruktur Elit!

Risiko dan Respons Pasar

Aksi korporasi ini membawa risiko dilusi kepemilikan saham yang signifikan, dengan rasio rights issue 4:5. Namun, analisis mendalam melihat dilusi ini sebagai trade-off modal yang tinggi untuk nilai yang lebih tinggi, terutama karena modal ini digunakan untuk aset produktif dengan masa manfaat ekonomi yang panjang.

Sebagai bagian dari respons pasar, harga saham WIFI mencerminkan keyakinan pasar terhadap transformasi ini. 

Setelah IPO pada tahun 2020 di harga Rp 530 per saham, harga emiten ini telah menunjukkan kenaikan drastis hingga Desember 2025, bahkan mencapai kenaikan luar biasa 766.03% dalam setahun terakhir (hingga 12 Desember 2025). 

Volatilitas harga pada 12 Desember 2025, dari pembukaan Rp 4.300 dan penutupan Rp 3.620 (terendah hari itu), merupakan cerminan dari sensitivitas pasar yang tinggi terhadap berita ekspansi dan risiko eksekusi yang menyertai proyek masif ini.

Valuasi Premium dan Proyeksi Jangka Panjang