EmitenNews.com - Perekonomian Indonesia ke depan, terutama memasuki Triwulan III 2022, mendapat tantangan cukup besar. Terutama triwulan III 2022, ketika momentum kemewahan musiman, sudah tergolong jarang. Setidaknya, seperti hari raya keagamaan, lebaran, yang diikuti mudik, juga event-event besar lainnya. Situasi dan kondisi itu akan berimplikasi kepada kinerja perekonomian nasional.


Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto, dalam makalahnya PANDEMI BERANJAK, EKONOMI BERGERAK, mengungkapkan hal itu pada Special Event Emiten Talk Episode 2, yang diselenggarakan oleh EmitenNews.com, di Monsieur Spoon Resto, Jakarta, Kamis (11/8/2022).


Diskusi panel itu juga menghadirkan pembicara lainnya. Antara lain Chief Operating Officer PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK) Hendrik Alexander Mboi, Chief Financial Officer PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) Bharat Joshi, dan Direktur Utama PT Bluebird Tbk (BIRD) Sigit Priawan Djokosoetono.


Hingga dua tahun ke depan, menurut Eko Listiyanto, kondisi perekonomian nasional akan semakin menarik karena situasi geopolitik maupun domestik yang dinamis. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah arus ekspor dari negara-negara Eropa karena perang Rusia dan Ukraina yang belum tentu selesai pada tahun depan. Lainnya, yang juga perlu diwaspadai, ketegangan China vs Taiwan, terutama jika eskalasinya meningkat.


Situasinya perlu diwaspadai betul, antara lain juga karena Indonesia akan memasuki Pemilu, dan Pemilihan Presiden 2024. Biasanya, eskalasi politik akan memanas, yang dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Situasi saat ini, kata Eko, memang challenging. Apalagi pada tahun depan adalah tahun politik di Indonesia sehingga dinamika ekonomi akan semakin terasa.


Capai 5,51 

Eko Listiyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022, mencapai 5,51 persen, karena adanya momentum musiman, yaitu lebaran sebagai faktor utama pendorong kenaikan sampai mencapai 5,51 persen.


Terutama karena pada lebaran 2022 ini, mencatatkan rekor mudik terbesar, yang melampaui mudik tahun 2019, selain adanya kebijakan pemerintah memperpanjang periode libur. Semua itu, mendorong peningkatan konsumsi di masa liburan, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.


Hal ini terlihat jelas dari kinerja pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022. Eko Listiyanto menunjukkan, sektor konsumsi rumah tangga, salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,51 persen yoy. Itu berarti lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2022 sebesar 4,34 persen yoy.


Selain itu, laju ekspor yang mampu tumbuh lebih baik dari triwulan I 2022 juga turut memberi andil dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022. Pada triwulan II ekspor tumbuh 19,74 persen yoy, lebih tinggi dari triwulan I 2022 sebesar 16,69 persen yoy.


Kenaikan ekspor ini ditandai dengan meningkatnya total ekspor dari USD102,88 miliar pada Januari-Juni 2021 menjadi USD141,07 miliar pada Januari-Juni 2022. Terjadi kenaikan sampai 37,11 persen. Di dalamnya, pada periode yang sama juga terdapat kenaikan ekspor nonmigas sebesar 37,33 persen.


Sedikitnya ada dua komponen terbesar yang menjadi pendorong kenaikan Januari-Juni 2022 tersebut. Antara lain, bahan bakar mineral yang sebesar USD24,11 Miliar atau naik sebesar 18,09 persen, serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD15,14 Miliar atau naik sebesar 11,35 persen.


Subsidi pangan 

Eko Listiyanto tetap optimistis Indonesia mampu keluar dari situasi sulit kendati ada juga potensi ancaman inflasi tinggi. Salah satu solusinya yakni dengan kebijakan pemerintah yang menahan laju inflasi dengan mempertahankan subsidi sektor energi dan pangan. Karena, menurut Ekonom Universitas Indonesia itu, 2 sektor tersebut langsung berhubungan dengan masyarakat. Itu artinya, sektor konsumsi masyarakat masih bisa diharapkan menggerakkan perekonomian.


Dengan begitu, Eko Listiyanto memperkirakan perekonomian Indonesia dapat bertahan melewati risiko inflasi dan mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4 - 5 persen, berkat program subsidi pangan dan kebijakan lainya. Sejauh ini, anggaran pemerintah yang sudah terpakai dalam program-program tersebut nominalnya mencapai Rp500 triliun.


Eko berharap, dengan dana yang sudah terpakai itu pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 4 - 5 persen, sesuai target dari pemerintah. Apalagi, kata dia, ada kemungkinan harga minyak yang mulai turun, kendati mungkin tidak bisa lagi pada kisaran USD70 hingga USD80. Pasalnya, Rusia yang masih terlibat perang dengan Ukraina, adalah produsen minyak 3 besar dunia dan bukan anggota OPEC. ***