EmitenNews.com — PT First Media Tbk (KBLV) mengakui rencana penjualan 798.969.286 lembar atau 29,04 persen porsi saham PT Link Net Tbk (LINK) senilai Rp3,835 triliun berpotensi mengakibatkan terganggunya kelangsungan usaha perseroan.


Mengacu pada keterangan resmi KBLV yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia(BEI), Selasa(7/6/2022) dijelaskan rencana penjualan saham LINK akan menyebabkan kehilangan sebagian pendapatan yang berasal dari penerimaan dividen yang besarnya di masa yang akan datang bisa berpotensi naik atau turun bergantung pada perkembangan bisnis LINK ke depannya.


Sebagai gambaran, pada 3 tahun terakhir, pendapatan yang diperoleh Perseroan dari dividen LINK adalah sebesar Rp 185,68 miliar pada tahun 2019, Rp 142,86 miliar pada tahun 2020, dan Rp 82,05 miliar pada tahun 2021.


Namun dibandingkan, jumlah penerimaan kas dari dividen tahunan tersebut besarnya cukup signifikan, yaitu lebih dari 50 persen dari jumlah penerimaan kas dari pendapatan dari konsumen Perseroan.


“Kontribusi dividen yang diterima oleh Perseroan dari saham LINK tidak cukup untuk menutup biaya-biaya Perseroan”tulis manajemen KBLV.


Sedangkan jika dana hasil dari divestasi LINK akan digunakan untuk pelunasan seluruh pinjaman perseroan sehingga akan menurunkan beban Perseroan secara signifikan.


Perseroan juga melihat potensi yang menjanjikan dari bisnis media dan digital di masa mendatang dan erseroan akan fokus dalam pengembangan bisnis tersebut.


“Dana hasil divestasi LINK juga akan digunakan untuk pengembangan bisnis tersebut,” tulis manajemen KBLV.


Apabila rencana Transaksi terlaksana dan rencana pengembangan usaha berjalan sesuai rencana, perseroan menargetkan mulai mencatatkan laba bersih dan saldo laba positif dalam waktu 12 bulan ke depan.


Untuk itu rencana itu perlu persetujuan memperoleh persetujuan dari para pemegang saham independen dalam Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS) tanggal 8 Juni 2022.


Untuk diketahui dalam hasil audit laporan keuangan tahun 2021 KBLV terdapat penekanan keraguan siginifikan atas kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan usaha karena kondisi kerugian operasi yang berkelanjutan hingga tahun 2021.


Jelasnya, perseroan membukukan defisit senilai Rp395,23 miliar pada akhir Desember 2021.