Pendapatan Terkontrak; Keunggulan Kompetitif: Samator Indo Gas memperoleh sebagian besar pendapatannya dari kontrak jangka panjang, sehingga memberikan visibilitas pendapatan. Perusahaan memperkirakan pendapatan terkontrak sebagai bagian dari total pendapatan akan meningkat pada tahun 2023, dengan rata-rata umur kontrak yang stabil. Pendapatan gas juga terdiversifikasi dengan baik, dengan 20 pelanggan teratas hanya menyumbang sekitar 20% dari total pendapatan gas. Jaringan distribusi Samator Indo Gas yang luas dan mapan merupakan penghalang yang kuat terhadap persaingan, dengan 55 pabrik, termasuk pabrik pemisahan udara, dan 106 stasiun pengisian bahan bakar di 28 dari 38 provinsi di Indonesia.

 

Peringkat Nasional Jangka Panjang Samator Indo Gas satu tingkat lebih tinggi dibandingkan PT Bali Towerindo Sentra Tbk (A-(idn)/Stabil). Hal ini mencerminkan posisi pasar Samator Indo Gas yang lebih kuat namun memiliki skala yang sama. Bali Tower adalah perusahaan menara telekomunikasi kecil di Indonesia, dengan Bali dan Jakarta sebagai pasar utama masing-masing menara makro dan tiang sel mikro. Sementara itu, Samator Indo Gas lebih terdiversifikasi secara geografis, dengan pangsa pasar yang kuat di luar Pulau Jawa.

 

Kedua perusahaan mendapatkan keuntungan dari margin EBITDA yang kuat yang dihasilkan dari kontrak jangka panjang yang memberikan visibilitas arus kas. Mereka juga memerlukan belanja modal ekspansif yang signifikan untuk mengembangkan bisnis mereka dalam jangka menengah.

 

Profil Kredit Standalone PT Serasi Autoraya (SERA, AA-(idn)/Stabil) di 'a+(idn)' lebih tinggi dibandingkan Samator Indo Gas. Hal ini mencerminkan profil keuangan SERA yang lebih kuat, dengan EBITDA net leverage kurang dari 2,0x. Hal ini juga mencerminkan skala bisnis SERA yang lebih besar dengan EBITDA di atas Rp1 triliun. SERA juga mendapatkan manfaat dari arus kas yang terlihat, karena bisnis penyewaan kendaraannya memberikan visibilitas dari kontrak jangka panjang yang memiliki penalti untuk terminasi dini.

 

Asumsi Utama Fitch dalam Kasus Pemeringkatannya untuk AGII adalah Pertumbuhan pendapatan sekitar 7%-8% pada tahun 2023 dan 2025 (2022: penurunan sebesar 5%), lebih tinggi dari ekspektasi Fitch terhadap pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 5% pada tahun yang sama. Samator Indo Gas secara umum berkembang lebih cepat dibandingkan perekonomian secara umum dalam lima tahun terakhir.

 

Peningkatan margin EBITDA secara bertahap menjadi sekitar 31%-34% pada tahun 2023-2025 (2022: 29%). Hal ini mencerminkan ekspektasi Fitch terhadap skala ekonomi yang lebih baik seiring dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan.

 

Rasio intensitas belanja modal tahunan sebesar 24% pada tahun 2024, sebelum turun secara bertahap menjadi 16% pada tahun 2025 (2022: 13%). Capex pada 2023-2025 didorong oleh pembangunan pabrik Batang. Perusahaan menargetkan dapat memulai pengoperasian pabrik pada 4Q24.

 

Meningkatnya rasio pembayaran dividen hingga di atas 20% mulai tahun 2024 dan seterusnya seiring menurunnya intensitas belanja modal perusahaan.