EmitenNews.com -

Saham PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) memang sedang menjadi perhatian pasar seiring tren penguatan harga yang mulai terbentuk kembali. Saat ini, saham SMIL diperdagangkan di Rp300 hingga 316. Menariknya, apakah bisa saham SMIL kembali menuju level tertingginya di kisaran Rp500? 

Menurut Hendra Wardana sebagai Analis dan juga Founder Stocknow.id, Jika melihat fundamentalnya, peluang ke arah sana tetap terbuka, meskipun perlu didukung oleh akselerasi katalis eksternal seperti lonjakan permintaan forklift nasional, sentimen laporan keuangan positif, serta keyakinan investor terhadap sektor industrial support services.

Secara kinerja, SMIL menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang konsisten dari Rp263 miliar pada 2022 menjadi Rp366 miliar di 2024. Laba bersih juga stabil di atas Rp80 miliar dalam dua tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa bisnis perusahaan tetap tangguh, efisien, dan tidak rentan terhadap tekanan biaya yang signifikan. Dengan EPS di kisaran Rp30 dan PER yang masih rendah (8x), valuasi SMIL terbilang menarik dan menyisakan ruang rerating ke harga wajar Rp400 bahkan lebih jika pertumbuhan laba berlanjut. 

“Namun, untuk menuju level Rp500, SMIL perlu menembus batas psikologis dan teknikal tertentu, serta didorong oleh narasi pertumbuhan industri yang lebih besar,” ujar Hendra.

Dari sisi industri, tren kebutuhan forklift sebagai bagian dari infrastruktur logistik dan operasional industri manufaktur, pergudangan, dan e-commerce terus meningkat. Pertumbuhan sektor logistik dan ekspansi gudang dari sektor FMCG, ritel modern, serta otomotif membuat permintaan alat berat kecil seperti forklift dan layanan pendukungnya meningkat. Hal ini menjadi katalis jangka panjang bagi SMIL yang bergerak dalam bidang distribusi, sewa, dan servis alat berat ringan seperti forklift. Dalam konteks pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan peningkatan aktivitas industri, permintaan forklift cenderung meningkat, khususnya di daerah kawasan industri dan pelabuhan.

Saat ini kinerja yang baik dari SMIL tercermin dari laporan keuangannya per 30 Juni 2025, yang mencatatkan peningkatan Pendapatan Neto sebesar 18,04 persen, melonjak dari Rp 178,12 miliar pada Juni 2024 menjadi Rp 210,25 miliar pada Juni 2025 dan laba Tahun berjalan SMIL mengalami kenaikan substansial sebesar 37,28 persen, mencapai Rp 50,36 miliar pada Juni 2025 dari sebelumnya hanya Rp36,68 miliar.

Berikutnya, beberapa hal penting yang bisa diperhatikan investor antara lain pertumbuhan pendapatan kuartalan dan bagaimana kontribusi unit bisnis sewa dibandingkan distribusi langsung, margin usaha—apakah tetap stabil atau mulai tertekan, danstrategi ekspansi, misalnya pembukaan cabang baru, peningkatan armada sewa, atau kerja sama distribusi dengan merek baru. Jika manajemen mampu mempertahankan marjin laba bersih di atas 20% dan menunjukkan outlook ekspansi positif, maka sentimen terhadap saham SMIL bisa semakin menguat.

“Dengan semua faktor tersebut, secara teknikal dan fundamental, saham SMIL berpeluang melanjutkan tren naik, terlebih bila volume perdagangan meningkat dan investor mulai memandang saham ini sebagai bagian dari tren industrial logistic support. Level Rp400 bisa menjadi target jangka menengah, sedangkan level Rp500 akan lebih realistis tercapai apabila terjadi pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang signifikan, disertai ekspansi yang agresif dari sisi operasional maupun distribusi,” tutup Hendra.

BRI Danareksa Sekuritas juga memberikan rekomendasi positif untuk SMIL secara jangka pendek, SMIL masih dalam trend yang bulish. Saat ini berpotensi untuk menguji area resistancenya pada 310. Jika mampu menembus level tersebut, maka terdapat potensi penguatan untuk menutup area gapnya pada 456 secara jangka menengah.