EmitenNews.com - Bank Indonesia melaporkan, aliran modal asing masuk Rp 8,69 triliun sepekan ini di tengah wacana tapering off The Federal Reserve yang masih cukup kuat. Hal itu lantaran Investor asing mulai kembali masuk ke pasar keuangan domestik setelah beberapa pekan terakhir terus melakukan aksi jual.


Direktur Kepala Grup Departemen Komunikasi Muhamad Nur menyebut, asing mencatatkan beli neto Rp 9,96 triliun di pasar saham dan jual neto Rp 1,27 triliun di pasar SBN. "Berdasarkan data setelmen sejak awal tahun 2021, terdapat nonresiden jual neto Rp 5,78 triliun," tulis Nur dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/10).


Nur juga melaporkan, tingkat premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun pada minggu pertama Oktober naik ke level 83,92 bps per 7 Oktober, dibandingkan 79,81 bps pada 1 Oktober. Kemudian imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun turun ke level 6,32% pada 8 Oktober, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun naik ke level 1,573% pada 7 Oktober. 


Seiring kembali masuknya dana asing ke pasar keuangan domestik, nilai tukar rupiah berhasil ditutup ke level Rp 14.223 per dolar AS sore ini. Kurs garuda telah menguat 0,6% dari penutupan pekan lalu di level Rp 14.308. Penguatan terutama didorong membaiknya sentimen terhadap aset berisiko yang ditandai menghijaunya mayoritas indeks saham utama global.


Indeks saham utama AS terpantau menguat pada perdagangan sore ini. Indeks S&P 500 menguat 1,91% dalam sepekan terakhir, bersama Dow Jones 2,43% dan Nasdaq Composite 1,01%. 


Begitu juga indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,69% dalam sepekan bersama Indeks Dax Jerman sebesar 0,86%. Sementara di Asia, Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 1,47%, sedangkan Shanghai Composite Cina melemah 0,93% dan Nikkei 225 Jepang terkoreksi 3,43%. Di sisi lain, sentimen penguatan tampaknya turut dipengaruhi rilis data ekonomi domestik sejak akhir pekan lalu yang menunjukkan optimisme ekonomi dalam negeri. 


IHS Markit pada Jumat (1/10) melaporkan sektor manufaktur RI mulai menunjukkan pemulihan. Ini tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur periode September sebesar 52,2%, naik setelah berada di zona kontraksi dua bulan berturut-turut. BI juga melaporkan cadangan devisa Indonesia semakin tebal. 


Posisi cadangan devisa RI hingga akhir September mencapai Rp 146,9 miliar, kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Cadangan devisa yang terus bertambah memberi kepastian dari sisi kemampuan domestik merespon munculnya berbagai gejolak eksternal, terutama terhadap rencana tapering The Fed.