EmitenNews.com - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan kembali komitmen Pertamina dalam mendukung Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission tahun 2060. Di Dubai, ia mengemukakan Indonesia dihadapkan pada trilema energi, dengan tiga isu utama.

 

Dirut Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan hal itu pada ajang Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP28), di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), yang berakhir Kamis (30/11/2023).

 

Dalam rilis Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, Selasa (5/12/2023), menyebutkn, pada sesi diskusi di Paviliun Indonesia, Nicke Widyawati menjelaskan bahwa Indonesia dihadapkan pada trilema energi, dengan tiga isu utama. Yaitu, keamanan energi, kesetaraan energi, dan keberlanjutan energi. 

 

Untuk menghadapi ketiga isu tersebut, Pertamina telah mengembangkan tiga inisiatif strategis yang komprehensif yakni dekarbonisasi pada operasional Perusahaan (scope 1). membangun bisnis baru rendah karbon (Scope 2), dan penerapan program penyeimbangan karbon (Scope 3).

 

Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki target pertumbuhan ekonomi yang stabil, energi adalah katalis untuk pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, sebagai BUMN, Pertamina menempatkan keamanan energi sebagai prioritas utama.

 

“Namun, kami juga harus mengelola keseimbangan untuk kesetaraan energi, mencakup aksesibilitas dan keterjangkauan energi, dan keberlanjutan energi dalam mengurangi emisi karbon dalam operasi kami, baik untuk scope satu, dua, dan tiga,” ujar Nicke.

 

Nicke Widyawati menilai, Indonesia tidak bisa mengatakan harus mengembangkan energi terbarukan dan mengalihkan semua bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Karena hal itu akan membahayakan keamanan energi. Oleh sebab itu, katanya, Pertamina memiliki tiga strategi tentang bagaimana mengelola keberlanjutan sambil mempertahankan keamanan energi dan memperkuat kesetaraan energi.

 

Pertahankan bisnis utama, minyak dan gas

Pertama, Pertamina harus mempertahankan bisnis utama, minyak dan gas. Karena, Pemerintah Indonesia memiliki target untuk meningkatkan produksi minyak dan gas hulu dari sekarang 700 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari pada tahun 2030. Tapi harus dilakukan dengan cara berbeda yang disebut Green Operation.