EmitenNews.com - Harga saham PT Bukalapak.com (BUKA) lengser dari harga Initial Public Offering (IPO). Kalau debut perdana pada 6 Agustus 2021 lalu, saham perdana Bukalapak diperdagangkan di kisaran Rp850 per saham.


Seiring perjalanan waktu, saham usaha rintisan e-commerce itu, terus terjun bebas. Menyudahi perdagangan Kamis, 14 Oktober 2021, saham Bukalapak bertengger di k?sadan Rp745 per saham. Naik 50 poin atau 7,2 persen dari perdagangan hari sebelumnya di level Rp695 per saham. 


Koreksi saham perseroan itu, mendapat perhatian otoritas pasar modal indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI), secara khusus mempertanyakan fluktuasi saham Bukalapak di bawah harga IPO tersebut. Merespon pertanyaan BEI itu, manajemen Bukalapak menyebut kinerja perseroan tetap sesuai rencana bisnis.  


Berdasar diskusi perseroan dengan pelaku pasar modal, terjadi perubahan dalam portofolio investor mengingat lonjakan harga komoditas akhir-akhir ini, terutama sektor energi seperti batubara. ”Namun, kondisi tersebut tidak terkait dengan kinerja perseroan melainkan lebih mencerminkan dampak tren global, dan makro di luar kendali perseroan dan manajemen,” tutur Perdana Arning Saputro, VP Corporate Secretary Bukalapak, kepada BEI, Kamis (14/10). 


Perseroan mengaku tidak mengetahui informasi atau fakta material dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan investasi pemodal sebagaimana diatur dalam peraturan bursa Nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.04/2015 tentang keterbukaan informasi atau fakta material oleh emiten atau perusahaan publik. 


Perseroan juga mengaku tidak mengetahui aktivitas pemegang saham tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.04/2017 tentang laporan kepemilikan atau setiap perubahan kepemilikan saham perusahaan terbuka. Lock-up saham terhadap para pemegang saham Lock-Up Wajib telah diimplementasikan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Peraturan OJK No. 25/POJK.04/2017 tentang pembatasan atas saham yang diterbitkan sebelum penawaran Umum. 


Sementara pelaksanaan lock-up 90 persen saham milik para pemegang saham Lock-Up sukarela sebagaimana dimaksud dalam halaman 9 prospektus penawaran umum perdana saham perseroan, juga telah dilaksanakan. Sampai dengan tanggal surat ini, perseroan belum pernah memberikan persetujuan tertulis kepada salah satu atau sebagian dari para pemegang Saham Lock-Up sukarela untuk menjual atau mengalihkan sahamnya. 


Saat ini, operasional perseroan berjalan seperti biasa, dan memiliki trend perkembangan positif. Antara lain pertumbuhan TPV positif 56 persen Yoy, dan pertumbuhan TPV Mitra positif 237 persen Yoy. Dengan koleksi dana IPO lebih dari Rp21 triliun, perseroan memiliki likuiditas untuk operasional sampai beberapa tahun ke depan. 


Pada tempo waktu 12 bulan terakhir, PT Buka Investasi Bersama (BIB) telah memfasilitasi investasi Rp542,2 miliar dari 5.1 juta pengguna. ”Oleh karena itu, kami berkeyakinan akan terus memberi pertumbuhan, dan kinerja positif. Manajemen tetap berkomitmen uterus meningkat, dan memaksimalkan nilai yang dimiliki pemegang saham,” tegasnya. 


Sebelumnya, President Bukalapak Teddy Oetomo mengaku penurunan saham itu, menyusul peningkatan harga komoditas belakangan, dan menyebabkan rotasi portofolio dari para investor pasar saham di BEI. Pergeseran portofolio itu, berimbas pada saham-saham perusahaan teknologi termasuk Bukalapak. ”Jadi, bukan hanya Bukalapak yang terdampak, trennya sama,” ucap Teddy. (*)