EmitenNews.com - PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) resmi memutuskan pembagian dividen besar tahun ini, dengan nilai Rp69,3 per saham atau dengan total sekitar Rp8,06 triliun. 

Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) HMSP yang berlangsung di Jakarta pada hari ini, Selasa, 23 April 2024.

Adapun dana untuk pembagian dividen ini berasal dari laba bersih tahun buku 2023, yang mencapai Rp8,09 triliun. Jika dihitung, dividend payout ratio (DPR) HMSP untuk tahun ini berada di angka 99,56%. 


Berikut jadwal lengkap pembagian dividen HMSP:

Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi:

- Cum Dividen: 2 Mei 2024.
- Ex Dividen: 3 Mei 2024.

Pasar Tunai:

- Cum Dividen: 6 Mei 2024.
- Ex Dividen: 7 Mei 2024

Recording Date: 6 Mei 2024.

Pembayaran Dividen: 17 Mei 2024.


Berdasarkan informasi per 31 Maret 2024, jumlah saham HMSP yang dimiliki oleh publik mencapai 8,7 miliar saham, atau sekitar 7,5% dari total modal ditempatkan dan disetor. 

Sementara itu, pemilik mayoritas, PT Philip Morris Indonesia, memiliki 107,5 miliar saham, setara dengan 92,50% dari total modal ditempatkan dan disetor.


PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP)  hasil kinerja tahun 2023, dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 28,0% dibandingkan tahun 2022, yang mencapai Rp.8,1 triliun, serta mempertahankan kepemimpinan di industri tembakau Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 28,6% dan volume keseluruhan sebesar 83,4 miliar batang berkat portofolio yang kuat di seluruh segmen, terutama pertumbuhan segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang padat karya.

 

"Tahun 2023 menandai tahun kembalinya pertumbuhan profitabilitas yang kuat bagi Sampoerna, dengan pencapaian penting dalam pengembangan produk bebas asap berdasarkan pembuktian ilmiah, meningkatkan

investasi dan lapangan kerja di Indonesia, serta menghasilkan efek berganda yang kuat, sejalan dengan prioritas negara untuk meningkatkan hilirisasi,” ungkap Presiden Direktur Sampoerna Vassilis Gkatzelis.

Saat ini, industri tembakau masih menghadapi tantangan-tantangan utama dengan kenaikan tarif cukai duadigit yang signifikan di atas tingkat inflasi, kesenjangan cukai yang semakin besar antara segmen Volume Golongan 1 dan segmen Di Bawah Volume Golongan 1 yang dikenakan cukai lebih rendah, serta meningkatnya peredaran rokok ilegal. Secara keseluruhan, volume industri rokok nasional mengalami penurunan sebesar 4% dibandingkan 2022. Meskipun dalam kondisi yang penuh tantangan, penjualan bersih Sampoerna meningkat sebesar 4,3% menjadi Rp116,0 triliun, meskipun profitabilitas masih jauh di bawah tingkat sebelum pandemi.