EmitenNews.com - Memasuki tahun 2024, Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) memperkirakan ekonomi Indonesia akan terus bertumbuh secara perlahan.

Berdasar studi Oxford Economics yang digagas oleh ICAEW pada akhir 2023, lembaga ini memproyeksikan ada tantangan dalam laju pertumbuhan ekonomi di 2024. 

Tantangan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya termasuk perlambatan pertumbuhan secara global yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Tiongkok, penurunan popularitas sektor pariwisata, dan penurunan konsumsi swasta.

Riset tersebut juga mengungkapkan pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia Tenggara pada 2024 akan mencapai 4,2 persen. Angka tersebut masih di bawah rata-rata sebelum pandemi yang masih sekitar 5 persen per tahun.

ICAEW memprediksikan meskipun adanya berbagai tantangan ekonomi kedepannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024 masih akan tetap positif. 

Prediksi ini juga selaras dengan data yang disampaikan oleh World Bank pada acara Indonesia 2024: Economic Outlook and Future Directions, yang diselenggarakan oleh ICAEW Indonesia bekerja sama dengan Britcham Indonesia pada 23 Januari 2024. 

Indonesia diproyeksikan akan mencatatkan pertumbuhan selama prospek jangka menengah (2024-2026), akan tetapi adanya risiko penurunan juga semakin meningkat.

Perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh rata-rata tahunan sebesar 4,9 persen selama 2024-2026, hal ini mencerminkan kondisi nilai tukar perdagangan yang melemah dan normalisasi tren pertumbuhan ekonomi.

Pada kuartal ketiga 2023 lalu, ICAEW menekankan adanya peningkatan investasi yang mencapai 5,8 persen dalam setahun, dari 4,6 persen pada kuartal sebelumnya. 

Hal ini menunjukkan ekspansi positif meskipun dihadapkan pada suku bunga domestik yang lebih tinggi dan permintaan luar negeri yang melemah. Di sisi lain, sektor ekspor tetap menjadi titik lemah, dengan total ekspor turun sebesar 4,3 persen year on year (yoy), dan memperburuk kondisi dari penurunan sebesar 3 persen pada kuartal sebelumnya. 

Penurunan juga terjadi pada pertumbuhan ekspor barang yang menurun menjadi 6,9 persen yoy dari sebelumnya yang turun 5,6 persen, sementara pertumbuhan ekspor jasa, terutama pariwisata, melambat menjadi 33,8 persen yoy dari sebelumnya yang mencapai 38,1 persen.

ICAEW Director for China and South-East Asia, Elaine Hong, mengungkapkan,  menyongsong tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara diprediksi akan mengalami perlambatan jika dibandingkan pada masa pandemi, namun wilayah Indonesia diproyeksi akan memasuki babak baru dalam perjalanan ekonominya.

“Melalui riset Oxford Economics ini, kami mengarahkan pandangan ke depan dengan mengamati peluang dan tantangan agar Indonesia dapat mempersiapkan langkah-langkah yang tepat untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih baik,” ujar Elaine dalam keterangan resmi, Jumat, 2 Februari 2024.

Riset ini juga memprediksikan bahwa sektor ekspor tidak akan memberikan tekanan besar pada perekonomian Indonesia seperti sebelumnya. Namun, mengingat pertumbuhan global yang lesu dan pemulihan pariwisata yang lambat, kemungkinan besar ekspor tidak akan juga memberikan dorongan yang signifikan.

Hal ini menyebabkan neraca transaksi yang berjalan tetap diprediksikan akan mengalami defisit, setelah sempat surplus pada tahun 2022 dan awal tahun 2023. Akibatnya, nilai tukar rupiah menjadi lebih rentan terhadap fluktuasi sentimen risiko global.