EmitenNews.com - Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,71 persen ke level 6.608,29. Itu terjadi setelah bursa Asia sempat rebound. Lalu, para investor meyakini Indonesia merespons dengan cepat virus varian baru Omicron.
Pemerintah melarang warga negara asing pernah tinggal, dan atau mengunjungi wilayah terjangkit Omicron masuk Indonesia. Sektor mengalami lonjakan infrastruktur 1,60 persen, transportasi 1,20 persen, dan finance 1,19 persen. Investor asing membukukan net sell di pasar reguler Rp1,03 triliun, dengan saham paling banyak di distribusi ASII, BBCA, BMRI, dan BBRI.
Indeks secara teknikal belum terlihat ada pola baru setelah perdagangan pekan lalu berhasil menembus ke bawah support. Indeks pada perdagangan kemarin sempat menyentuh support baru 6.491. Namun, berhasil ditutup menguat cukup tinggi yang mengindikasikan ada kemungkinan melanjutkan kenaikan dengan dukungan indikator stochastic akan ada golden cross.
Indeks berpotensi bergerak positif seiring penguatan bursa Asia, bursa global, dan Amerika Serikat (AS) tidak akan melakukan lockdown. Investor domestik kali ini, lebih melihat sentimen PPKM level 3 pada akhir tahun, dan window dressing. Indeks akan bergerak bullish pada rentang support 6.550, dan resistance 6.690. Sejumlah saham dapat diperhatikan secara teknikal yaitu ESSA, SAMF, MDKA, EXCL, dan TBIG.
Pagi ini, bursa regional Asia sudah dibuka dengan kondisi kuat, terutama indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 1,16 persen, dan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,79 persen. ”Penguatan utama bursa Asia menyusul lonjakan bursa global pada perdagangan kemarin khususnya AS, dan Eropa,” tutur Research Analyst Reliance Sekuritas . (*)
Related News

Dapat Tambahan Kuota FLPP, BTN Perluas Akses Rumah Layak bagi Rakyat

Periksa! Ini 10 Saham Top Losers dalam Sepekan

Cek! Berikut 10 Saham Top Gainers Pekan Ini

Surplus 3,37 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp13.599 Triliun

1,42 Juta Wisman Kunjungi Indonesia pada Juni, Naik 8,42 Persen

Produksi Kemasan Nasional Diprediksi Tembus Rp105 Triliun di 2025