EmitenNews.com - Minat perusahaan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin meningkat menjelang akhir 2025. Berdasarkan data Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, terdapat 13 perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline (antrean) pencatatan saham.

Berdasarkan data yang dipaparkan Nyoman pada Jumat (5/12/2025) dari total tersebut, 8 perusahaan merupakan kelompok beraset besar, yaitu yang memiliki nilai aset di atas Rp250 miliar. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan berskala jumbo tengah mendominasi rencana penghimpunan dana melalui pasar modal.

Hingga 5 Desember 2025, BEI mencatat sudah ada 24 perusahaan yang resmi IPO sepanjang tahun berjalan, dengan total dana terkumpul mencapai Rp15,21 triliun. Masih tersisanya 13 perusahaan dalam pipeline mengindikasikan potensi tambahan penghimpunan dana hingga akhir tahun.

Berdasarkan klasifikasi aset sesuai POJK Nomor 53/POJK.04/2017, pipeline tersebut terdiri dari:

2 perusahaan beraset kecil (di bawah Rp50 miliar),

3 perusahaan beraset menengah (Rp50 miliar – Rp250 miliar),

8 perusahaan beraset besar (di atas Rp250 miliar).

Dari sisi sektor, pipeline IPO didominasi oleh Financials dengan 5 perusahaan (38,5%). Sementara sektor lain mencakup:

Basic Materials: 2 perusahaan

Consumer Non-Cyclicals: 1 perusahaan

Energy: 1 perusahaan

Industrials: 1 perusahaan

Technology: 1 perusahaan

Transportation & Logistic: 2 perusahaan

Ketiadaan calon emiten dari sektor Consumer Cyclicals, Healthcare, Infrastructures, dan Real Estate menunjukkan bahwa minat IPO tahun ini lebih mengerucut pada sektor keuangan dan sektor-sektor penopang hilirisasi industri.

Profil pipeline tersebut menunjukkan variasi sektor dan ukuran aset yang cukup seimbang, meski kontribusi perusahaan besar masih dominan.

Sebagai catatan, dua perusahaan juga kini tengah berada dalam daftar bookbuilding menuju listing IPO, di antaranya yakni, RLCO atau perusahaan pengolahan sarang walet yang akn IPO pada Senin besok (8/12) di mana merupakan perusahaan dengan nilai aset menengah, dan juga ada pula Superbank atau SUPA yang merupakan perusahaan perbankan digital beraset jumbo dari grup Emtek (EMTK) itu. (*)