EmitenNews.com— PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) akan melakukan rights issue dan private placement setelah sebelumnya menunda pelaksanaan aksi korporasi tersebut. Hal itu guna memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait modal inti minimum Rp 3 triliun.

 

Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan mengungkapkan, pihaknya menargetkan tambahan modal inti sebesar Rp 5 triliun. Sebab, pada kuartal pertama 2022, perusahaan baru memiliki modal inti Rp 2,32 triliun.

 

"Tetap konsisten Rp 5 triliun. Kemarin hanya kita lakukan penundaan karena kondisi pasar, 'cuaca' kurang baik dan kurang enak," ujarnya di kantornya, Kamis (7/7/2022).

 

Tjandra mengungkapkan, modal inti yang sebesar Rp 2,32 triliun tersebut meningkat sebesar 127,45% secara tahunan dari posisi sebelumnya yang sebesar Rp 1,02 triliun. Nantinya, perusahaan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan kepada pemegang saham. "21 Juli akan ada RUPSLB untuk approve rights issue," ucapnya.

 

Tjandra menyebut, dengan adanya aksi korporasi tersebut maka total modal intinya akan mencapai lebih dari Rp 7 triliun di tahun ini. Nantinya, tambahan modal tersebut akan digunakan untuk mempercepat akselerasi proses transformasi. "KPI sudah kami canangkan Rp 5 triliun adalah angka yang pas. Dengan Rp 7 triliun kami berharap bisa membuat bisnis cepat lagi," sebutnya.

 

Menurutnya, tambahan modal sebesar Rp 5 triliun tersebut berdasarkan perhitungan yang matang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, khususnya untuk investasi yang dalam hal ini teknologi dan sumber daya manusia. Dengan modal inti tersebut, maka Tjandra memproyeksi capital adequacy ratio (CAR) perusahaan dapat mencapai kisaran 70% hingga 80%. Adapun CAR perusahaan saat ini di posisi 21,8%.

 

PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mencatat rugi bersih perusahaan pada kuartal pertama 2022 sebesar Rp 413 miliar. Perseroan mencatat kenaikan Net Interest Income (NII) yang sangat signifikan atau naik sekitar 214,3% dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 dari Rp 63 miliar menjadi Rp 198 miliar di kuartal pertama tahun 2022.

 

"Kuartal 1 loss kami Rp 413 miliar. Sedangkan pada semester 1 (diperkirakan) membukukan loss Rp 606 miliar, loss karena pendapatan bunga dan fee base diiringi penurunan biaya-biaya," ujarnya.

 

Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup tinggi, yaitu sekitar 121,4% secara tahunan menjadi Rp 9,3 triliun di kuartal I 2022 dari sebelumnya yang sebesar Rp 4,2 triliun. "Paling banyak ditempatkan dari deposito online melalui aplikasi NeoBank," imbuhnya.