EmitenNews.com - Industri makanan dan minuman (mamin) tumbuh positif selama tahun 2020 hingga 2022. Data Kementerian Perdagangan memperlihatkan bahwa pada 2022 industri mamin tumbuh 4,90 persen (yoy) dan menjadi kontributor terbesar terhadap PDB industri pengolahan non migas pada tahun 2022, sebesar 38,35 persen.


Ekspor makanan dan minuman termasuk minyak sawit mencapai USD48,61 miliar pada Januari-Desember 2022. Sementara, impornya sebesar USD16,52 miliar pada periode yang sama.


“Kami mencoba optimis dengan harapan industri mamin 2023 bisa tumbuh sekitar 6,25 persen,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, seperti dilansir laman Kementerian.


Melihat data tersebut, industri mamin terbukti memiliki resistensi yang tinggi terhadap hantaman pandemi dan ketidakpastian global. Pada saat pandemi Covid-19, industri mamin merupakan salah satu industri yang kritikal dan esensial, sehingga pertumbuhannya terus terjaga karena produk-produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas.


Putu menilai adanya pandemi bahkan menjadi faktor yang mendorong industri mamin dalam menerapkan transformasi digital. Di masa pembatasan mobilitas karena pandemi, Kemenperin juga mendukung industri untuk tetap dapat beroperasi dengan penerbitan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas).


Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman, memproyeksikan pertumbuhan mamin 2023 lebih dari 5 persen. “Proyeksi kami mamin tumbuh 5 sampai 7 persen pada tahun 2023,” katanya.(*)