EmitenNews.com—IHSG diprediksi menguat di pekan ketiga tahun ini Jumat (13/1) - Jumat (20/1), setelah laju inflasi Amerika Serikat terus bergerak menurun dalam beberapa bulan terakhir.

 

Direktur Equator Swarna Investama, Hans Kwee, mengatakan trend Inflasi AS yang berlanjut turun pada Bulan Desember dan diperkirakan akan terus berlanjut menjadi salah satu sentimen positif pasar saham. "The Fed diperkirakan tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan dan diperkirakan ada kenaikan 25 bsp pada awal Februari disusul jeda kenaikan yang menjadi sentimen positif bagi pasar saham," kata Hans dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/1).

 

Kabar gembira akhirnya tiba, inflasi di AS terus menunjukkan penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Pelaku pasar pun semakin yakin bank sentral AS Federal Reserve akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

 

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret dengan probabilitas sebesar 94% dan 76%. Dengan proyeksi tersebut, puncak suku bunga The Fed berada di 4,75% - 5%.

 

Selain itu, perangkat yang sama menunjukkan The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada September dengan probabilitas sebesar 34%, begitu juga sebulan setelahnya. Sehingga di akhir tahun pasar melihat suku bunga The Fed berada di 4,25% - 4,5%.

 

Proyeksi tersebut bisa terjadi jika inflasi terus mengalami penurunan. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh 6,5% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dari sebelumnya 7,1%. CPI tersebut juga menjadi yang terendah sejak Oktober 2021.

 

Kemudian menurut Hans, awal musim laporan keuangan yang baik di AS menjadi tambahan amunisi positif bagi pasar keuangan. "Awal pekan pasar menanti data neraca perdagangan Indonesia yang diperkirakan kembali positif dan suku bunga acuan BI yang diperkirakan bisa tetap di level 5,5 %," jelas Hans.

 

Dari global ada beberapa data penting mulai dari GDP China, angka pengangguran dan inflasi Inggris, Kebijakan bunga BOJ, neraca perdagangan dan inflasi Jepang, PPI dan Retail Sales AS. " IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 6,557 sampai level 6,500 dan resistance di level 6,727 sampai level 6,813," tutup Hans.