EmitenNews.com -Di tengah meningkatnya kebutuhan akan konektivitas internet yang cepat dan stabil, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) mengambil langkah strategis melalui anak usahanya, PT Pusat Fiber Indonesia, dengan menggandeng PT Jejaring Mitra Persada (JMP), entitas dari PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR), untuk mengembangkan jaringan kabel bawah laut yang menghubungkan Jakarta, Batam, dan Singapura.

Proyek ini merupakan bagian dari sistem komunikasi kabel laut (SKKL) dan akan dijalankan melalui skema Indefeasible Right of Use (IRU), yang memberikan hak penggunaan jangka panjang atas infrastruktur kabel serat optik. INET menggelontorkan investasi sebesar USD 20 juta untuk mendukung realisasi proyek ini, sebagai bagian dari komitmen perusahaan dalam memperkuat infrastruktur digital nasional dan regional.

“Jaringan kabel bawah laut merupakan komponen utama dalam infrastruktur komunikasi global. Dengan IRU, kami tak lagi bergantung pada penyedia lain, karena kami bisa mengelola kapasitas dan konektivitas secara mandiri,” ujar Direktur Utama INET, Muhammad Arief Angga, dalam konferensi pers di Jakarta.

Meningkatkan Konektivitas, Menjawab Kebutuhan Internet Nasional

Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan besar dalam pemerataan akses internet cepat, terutama di luar pulau Jawa. Sementara itu, di Jawa sendiri, kompetisi antar ISP (Internet Service Provider) terus meningkat seiring dengan lonjakan permintaan bandwidth dari sektor rumah tangga, korporasi, dan layanan digital lainnya.

INET saat ini telah melayani lebih dari 200 ISP lokal dari total lebih dari 850 ISP yang beroperasi di Jawa. Arief menilai potensi pasar masih sangat terbuka lebar. Proyek kabel bawah laut ini akan memperluas kapasitas jaringan hingga 400 terabyte, dengan kapasitas per jalur (pair) mencapai 25–30 terabyte, bergantung pada perangkat yang digunakan.

“Dengan selesainya jaringan Batam–Singapura yang sudah siap digunakan, dan jalur Jakarta–Batam yang akan selesai pada Oktober atau November 2025, kami menargetkan seluruh sistem dapat beroperasi penuh mulai Desember 2025 atau awal Januari 2026,” tambah Arief.

Langkah Awal Ekspansi Internasional

Lebih dari sekadar peningkatan kapasitas, proyek ini menjadi langkah penting INET dalam ekspansi internasional, terutama ke pasar Singapura—yang dikenal sebagai salah satu hub digital terbesar di Asia. Arief menjelaskan bahwa proyek ini juga membuka jalan bagi INET untuk mengajukan lisensi sebagai Network Access Provider (NAP), sehingga dapat secara langsung mengakses dan menjual konektivitas internasional dari dan ke Indonesia.

“Dengan IRU, kami memiliki kendali langsung terhadap gateway internasional kami sendiri. Ini adalah kunci bagi kami untuk meningkatkan layanan dan daya saing, khususnya dalam menjangkau pelanggan internasional,” tegasnya.

INET memproyeksikan bahwa proyek ini akan mendongkrak pendapatan perusahaan secara signifikan: sebesar Rp156 miliar pada tahun 2026, dan meningkat menjadi Rp250 miliar pada 2027.

Kolaborasi Dengan Mitra Berpengalaman

Kerja sama dengan KETR melalui JMP dipilih karena rekam jejak perusahaan dalam proyek infrastruktur kabel laut di Indonesia. Direktur KETR, Dani Samsul Ependi, menegaskan bahwa pihaknya siap mendukung penuh proyek ini dan membuka peluang kerja sama lanjutan untuk pemeliharaan dan pembangunan SKKL lainnya di masa depan.

“Kami telah melayani ratusan ISP di Indonesia, dan proyek ini memperluas cakupan serta kapasitas layanan kami ke rute internasional. Ini adalah batu loncatan untuk kerja sama yang lebih luas ke depan,” ujarnya.

Kemandirian Digital dan Posisi Indonesia di Asia Tenggara

Pembangunan infrastruktur digital seperti kabel bawah laut ini menjadi fondasi penting bagi kemandirian digital Indonesia. Di tengah derasnya arus digitalisasi, keberadaan jaringan yang dapat dikelola sendiri oleh operator lokal akan meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya sewa lintas jaringan, serta mempercepat respons terhadap kebutuhan pasar.

Dengan konektivitas langsung ke Singapura, Indonesia semakin mendekat ke posisi strategis sebagai pusat lalu lintas data di Asia Tenggara.