Untuk Surat Berharga kenaikannya hampir 32%, sedangkan tadi jumlah investor yang ada itu angkanya hampir 90%. Menariknya, dari 7,3 juta investor, 99,5% nya itu investor ritel dan ritel nya ini memang didominasi oleh 2 generasi, generasi milenial dan generasi Z.

 

Jadi, angka investor ritel nya itu individu 7,3 juta, kalo ini untuk investor institusi. Dari jumlah ini kita bisa lihat, 74% nya ini investor yang membuka rekening ataupun yang melakukan transaksi atau memiliki rekening di fintech. Fintech ini berperan di pasar modal. Sampai saat ini ada 17 fintech yang terdaftar di KSEI yang membantu pertumbuhan investor, ujar Uriep.

 

Sebaran investor di Indonesia. Kalo dilihat di pulau jawa, tadi nya pada Desember 2020 71,82% dari jumlah investor di Indonesia itu terkonsentrasi di pulau jawa. Walaupun jumlah investor meningkat pada 17 Desember 2021 yakni menjadi 69,84%, persentase nya mengecil di pulau jawa. Investor sudah mulai menyebar ke pulau-pilau lain. Artinya penyebaran investor di Indonesia sudah merata di kepulauan sumatera, kalimantan, Bali, NTT, Maluku dan Papua.

 

Transaksi AUM Fintech pada tahun 2017 Rp 216 miliar, sementara 2019 sudah Rp 2,2 triliun, Oktober 2021 Rp 13 triliun. Detail investor individu sama institusi. Untuk C-Best totalnya 3,4, tapi 99,45% itu retail, sisanya institusi 0,5%. Untuk reksa dana mutual fund jumlah investor nya 6,7 juta atau 99,84% ritel, sedangkan institusinya 0,16%. Kalo melihat SID secara menyeluruh, 7,3 juta.

 

Tapi kalo saya tidak salah quote, mereka peningkatannya 100%, saat ini sudah lebih dari 200 ribuan investor yang aktif. Data per Agustus 198 ribu daily active investor. Tahun 2016 itu hanya 25 ribu, 2017 31 ribu, 2018 hampir 40 ribu, 2019 54 ribu, yang menarik justru selama pandemi, 2020 naik nya menjadi 94 ribu. Mungkin karena banyak yang di rumah jadi transaksi, tuup Uriep.