IPO Hype: Antara Euforia dan Rasionalitas dalam Investasi Awal

ilustrasi IPO. DOK/ISTIMEWA
Keempat: Timing Bukan Segalanya – Tidak salah berpartisipasi di IPO, tapi jangan jadikan timing sebagai satu-satunya alasan. Investor yang sukses bukan mereka yang masuk pertama, tapi yang bertahan paling lama karena paham apa yang mereka beli.
Kelima: Lihat Track Record Underwriter
Perusahaan sekuritas yang menjadi penjamin emisi (underwriter) berpengaruh pada keberhasilan IPO. Cek rekam jejak IPO sebelumnya apakah sahamnya stabil atau justru anjlok setelah beberapa bulan?
Keenam: Hindari "All-In"
Salah satu kesalahan paling fatal dalam berinvestasi di saham IPO adalah melakukan all-in, alias mengalokasikan seluruh atau sebagian besar modal ke satu saham IPO. Meskipun cerita di balik emiten terlihat menjanjikan, ingatlah bahwa IPO adalah instrumen berisiko tinggi dengan volatilitas yang sulit diprediksi. Banyak investor pemula terjebak membeli saham IPO dalam jumlah besar karena takut kehilangan momentum, padahal mereka seringkali abai terhadap prinsip dasar manajemen risiko: jangan pernah menaruh semua telur dalam satu keranjang.
IPO Bukanlah "Once-in-a-Lifetime Opportunity"
Beberapa investor merasa bahwa IPO tertentu adalah kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan. Padahal, pasar saham selalu menawarkan peluang baru perusahaan berkualitas baik bisa dibeli kapan saja setelah IPO, bahkan seringkali dengan harga yang lebih menarik setelah euforia mereda. Sebagai contoh, banyak saham teknologi yang turun drastis pasca-IPO, tetapi justru menjadi incaran value investor setelah harganya stabil di level fundamental. Jadi, tidak perlu terburu-buru all-in hanya karena takut kehilangan momen.
Belajar dari Kasus Nyata
Sejarah pasar modal mencatat banyak IPO yang awalnya dipuja-puja, tetapi akhirnya mengecewakan. Misalnya, perusahaan unicorn seperti GoTo atau WeWork yang semula dianggap sebagai "game changer", tetapi ternyata menghadapi tantangan fundamental serius setelah go public. Investor yang all-in di harga perdana harus menanggung kerugian besar, sementara mereka yang masuk bertahap atau menunggu konfirmasi kinerja punya lebih banyak ruang untuk keluar dengan risiko minimal. Kesabaran dan disiplin dalam alokasi modal seringkali lebih menguntungkan daripada mengejar hype.
Sebagai renungan penutup, IPO bisa menjadi peluang, tetapi hype bisa menjadi jebakan. Jangan terbuai oleh gemerlap debut. Dunia investasi bukan ajang cepat kaya, tapi tentang membangun ketahanan dan keberlanjutan. Jadilah investor yang rasional, bukan penonton euforia.
Related News

IHSG di Tengah Krisis Global: Ikut Panik atau Temukan Peluang?

PKPU: Apa yang Perlu Diketahui Investor Tentang Proses dan Risikonya?

Kerugian BUMN: Kerugian Keuangan Negara atau Hanya Risiko Bisnis?

Indonesia Raja Nikel: Harusnya Kaya Raya?

Energi Hijau dan Pasar Saham: Diantara Harapan dan Kerusakan

Inflasi Makin Jinak, Tapi Harga Gak Kunjung Turun: Kenapa Bisa Begitu?