EmitenNews.com -PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA mencatat pertumbuhan kredit sebesar 9% year on year (yoy) menjadi Rp 735,9 triliun pada semester I-2023. Pencapaian tersebut akan dipertahankan sampai dengan akhir tahun ini.


"Saya pikir kami cukup happy dengan 9% karena kalau saya tidak salah, industri sampai dengan April 2023 itu tumbuh sekitar 8,1%. Jadi kalau betul-betul inline , kita akan sejalan dengan industri atau mencapai target industri," ungkap Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam analysis meeting semester I-2023 BCA, Senin (24/7/2023).


Mengacu laporan keuangan BCA hingga semester I-2023, pertumbuhan kredit perseroan disokong dari lini konsumer yang naik 13,9% (yoy) menjadi Rp 183,9 triliun, baik itu kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), maupun bisnis kartu kredit yang tercatat tumbuh dengan baik.


Jika diurai, KPR tumbuh 12% (yoy) menjadi Rp 114,6 triliun. Menurut Jahja, pertumbuhan itu didorong oleh minat masyarakat untuk memiliki rumah sendiri. Sedangkan kebutuhan kredit terkait refinancing atau KPR untuk sewa bergerak menurun.


"Nah, sekarang ini kita lihat banyak yang ingin memiliki rumah sendiri. Apa karena sebelumnya ikut mertua sehingga cari rumah baru, saya nggak tau agar bisa hidup berdua dengan istri? Atau, sebelumnya rumahnya kecil lalu pindah yang lebih besar, tapi tetap rumah sendiri? Nah, yang seperti ini (permintaan) masih besar," jelas Jahja.


Masih terkait kredit konsumer, lini KKB dari BCA bahkan naik 19,2% (yoy) menjadi Rp 51,4 triliun pada semester I-2023. Jahja bahkan secara khusus berterima kasih atas kinerja cemerlang dari BCA Finance dan mitra yang turut mendorong perolehan tersebut. Pihaknya juga bersyukur atas ketersediaan kendaraan yang mulai pulih sehingga ikut mendongkrak minat masyarakat atas KKB.


Kredit konsumer juga terkerek dari saldo outstanding kartu kredit yang tumbuh 15,4% (yoy) menjadi Rp 14,6 triliun seiring dengan kembalinya aktivitas masyarakat pasca pandemi Covid-19. Dari fenomena itu juga, masyarakat mulai datang ke pusat-pusat perbelanjaan yang diantaranya memanfaatkan layanan kartu kredit.


Di sisi lain, kredit komersial dan UKM dari BCA tumbuh 10,9% (yoy) mencapai Rp 219,2 triliun hingga semester I-2023. Jahja meyakini kinerja intermediasi di segmen ini masih akan berlanjut. Sebaliknya, pihaknya agak pesimis terhadap penyaluran kredit korporasi.


Hal tersebut tercermin dari realisasi kredit korporasi yang hanya meningkat 5,1% (yoy) menjadi Rp 326 triliun. Memang, kata Jahja, kredit korporasi masih akan bergerak di level pertumbuhan rendah dalam beberapa waktu mendatang, khususnya karena sejumlah proyek strategis nasional yang kini bergulir tidak seagresif periode sebelumnya.


"Cuma memang kita melihat di awal tahun ini sampai Juni, sektor ini belum berkembang seperti tahun-tahun sebelumnya. Ini salah satu penyebab kenapa kita (masih) lemah," ungkap Jahja.


Dia pun mengakui, ada harapan lebih jika melihat pergerakan kredit investasi yang mulai bergeliat. Tetapi harapan itu seketika kandas karena kebanyakan pengusaha masih wait and see menjelang tahun politik. Oleh karena itu, pihaknya sangat berharap pengusaha bisa lebih optimis lagi untuk memulai investasi.


"Berdasarkan pengalaman, kita sudah beberapa kali melakukan pemilihan umum dan selama itu juga tidak terjadi apa-apa, bahkan investasi dan ekonomi kembali ke normal. Kita harapkan para pengusaha tetap yakin bahwa kalau memungkinkan tetap merencanakan untuk melakukan investasi," ujar Jahja.