EmitenNews.com - Mendapat pertanyaan alasan pemerintah melarang ekspor bahan baku mentah seperti nikel dan bauksit, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan marah. Kepada International Monetary Fund (IMF) yang mempertanyakan hal tersebut, jenderal purn itu, tegas menyatakan sebagai negara besar Indonesia berhak memutuskan kebijakan itu. Indonesia bukan negara ecek-ecek yang berhak mengatur sumberdaya alamnya.


Dalam acara agenda Digital Government Award SPBE Summit 2023 yang dihelat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Senin (20/3/2023). Menko LBP menceritakan, pada Jumat (17/3/2023), pihak IMF mendatangi kantornya. Lembaga keuangan dunia itu, mempertanyakan mengenai kenapa Indonesia melarang ekspor raw material itu atau critical mineral.


Kepada IMF, Luhut menyampaikan negara-negara maju tidak boleh memandang enteng negara berkembang. Jangan memandang rendah Indonesia. Pemerintah mengeluarkan kebijakan hilirisasi hasil tambang, seperti nikel, bauksit, dan lainnya, untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar dari sumberdaya alam.


"Kalau kami tidak mempunyai nilai tambah kapan kami nikmati hasil sumberdaya alam? Kapan rakyat kami, rakyat Indonesia di perdesaan itu di Indonesia Timur akan sejahtera, setelah tujuh tahun, delapan tahun setelah hilirisasi," tegas mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan itu kepada tamunya.


Luhut menekankan kepada IMF agar tidak memandang remeh Indonesia. Sebab, kata dia, Indonesia adalah negara besar yang kaya dengan sumber daya alam (SDA). Ia menjelaskan panjang lebar kepada tim IMF itu, soal posisi Indonesia, dan kebijakan hilirisasi untuk mengoptimalkan nilai tambah SDA.


“Mereka akhirnya mengatakan paham bahwa Indonesia ini bukan negara ecek-ecek. Saya bilang 'we are great country. Jadi kalian jangan pernah macam-macam sama kami. Mungkin 20 tahun 10 tahun lalu kalian bisa lihat kami atau yuk guys look down Indonesia, today you can not do it'," ucap Luhut.


Sebelumnya, Luhut mengatakan, Indonesia menarik investasi asing langsung sebesar USD45,6 miliar pada tahun lalu. Ia mengklaim hal itu, merupakan rekor tertinggi baru sejak tahun 2000. Nilai ekspor industri nikel Indonesia mencapai USD33,8 miliar pada 2022, sebanyak USD14,3 miliar dari ekspor besi dan baja.


Luhut juga menyampaikan data-data tersebut kepada IMF yang mengunjungi kantornya, Jumat pekan lalu. Ia menegaskan, Indonesia tak lagi mengekspor bahan mentah. “Dulu  semua bahan mentah kita ekspor secara cuma-cuma, sekarang cukup sudah."


Saat ini, Indonesia sudah bisa mengekspor besi dan baja. Bukan bijih nikel lagi sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor bijih nikel. Begitu pula dengan timah, bauksit, tembaga, dan lainnya akan dilakukan hal yang sama. ***