EmitenNews.com - Jerman masih menetapkan target untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2030, meskipun kini kembali menggunakan bahan bakar fosil menyusul munculnya krisis energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina. Adapun Moskow menggunakan aliran gas sebagai senjata untuk membalas sejumlah sanksi yang diberikan Barat.

 

"Tanggal keluar batu bara 2030 sama sekali tidak diragukan," kata Juru Bicara Kementerian Ekonomi Jerman Stephan Gabriel Haufe, dilansir dari The Business Times, Kamis, 23 Juni 2022.

 

Target itu lebih penting dari sebelumnya mengingat emisi CO2 yang lebih besar yang akan dihasilkan oleh keputusan pemerintah baru-baru ini untuk lebih mengandalkan batu bara guna pembangkit listrik. Ketergantungan Jerman pada impor energi dari Rusia telah membuatnya sangat rentan karena Moskow mencari pengaruh terhadap Barat.

 

Invasi Rusia ke tetangganya telah menyebabkan harga energi global melonjak dan meningkatkan prospek kekurangan pasokan jika pasokan harus diputus. Sejak pecahnya konflik, raksasa energi Rusia Gazprom telah menghentikan pengiriman ke sejumlah negara Eropa, termasuk Polandia, Bulgaria, Finlandia, dan Belanda.

 

Keputusan Jerman untuk menghidupkan pembangkit listrik tenaga batu baranya terjadi setelah Gazprom memotong pengiriman ke Jerman melalui pipa gas Nord Stream minggu lalu. Langkah tersebut, yang disajikan oleh Gazprom sebagai masalah teknis, telah dikritik sebagai politik oleh Berlin.

 

Sebagai tanggapan, Pemerintah Jerman mengumumkan tindakan darurat di mana kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara cadangan akan digunakan lebih banyak. Menteri Ekonomi Robert Habeck, seorang politisi Partai Hijau, menggambarkan keputusan itu sebagai pahit tetapi sangat diperlukan untuk mengurangi konsumsi gas.

 

"Penggunaan kapasitas surplus itu dibatasi hingga 2024," kata Juru Bicara Kementerian Ekonomi.