Kuartal I 2025, Strategi Bank Neo Commerce (BBYB) Berbuah Manis

Ilustrasi pelayanan PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB). Dok. Ist.
EmitenNews.com - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) mencatatkan tonggak sejarah baru dalam kinerja keuangannya dengan meraih laba sebesar Rp159,94 miliar pada kuartal I 2025. Inilah raihan tertinggi sejak bank ini bertransformasi menjadi bank dengan layanan digital.
Dalam keterangannya yang dikutip Rabu (30/4/2025), Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, Eri Budiono mengatakan, keberhasilan tersebut merupakan hasil dari penguatan manajemen risiko kredit yang lebih terukur dan strategi efisiensi operasional yang konsisten.
Dari sisi kualitas kredit, BNC berhasil menurunkan rasio kredit bermasalah (NPL Gross) menjadi 3,18% di akhir kuartal I 2025, turun 0,76% dari 3,94% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Juga sukses menjaga NPL Net di level yang cukup rendah, yakni 0,36%.
Bagusnya lagi, rasio kecukupan modal (CAR) juga meningkat ke 35,81%, dari 31,95% di periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menandakan tingkat ketahanan struktur permodalan yang lebih baik.
Rasio efisiensi BOPO turun signifikan menjadi 82,56% di akhir kuartal I 2025, turun 16,27% dibandingkan 98,83% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, rasio CIR (Cost to Income Ratio) juga membaik menjadi 29,10%, dari 31,82% dari periode yang sama tahun sebelumnya, menunjukkan pengelolaan biaya yang semakin efektif.
Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, Eri Budiono mengatakan, bersyukur dapat menunjukkan kinerja solid di awal tahun ini melanjutkan momentum positif yang diraih di tahun 2024. Ia percaya bahwa Bank Neo Commerce berada pada jalur yang tepat untuk terus tumbuh dan memberikan hasil yang lebih baik ke depannya.
“Ini merupakan hasil dari komitmen kami untuk terus berinovasi, menjaga kualitas aset secara berkelanjutan, serta meningkatkan efisiensi secara terukur,” kata Eri Budiono.
Pertumbuhan tajam ROE (Return on Equity) ke angka 18,51% dan ROA (Return on Assets) sebesar 3,61% di akhir kuartal I 2025. Itu memperkuat posisi BNC sebagai bank dengan layanan digital dengan profitabilitas tinggi dengan pertumbuhan berkelanjutan.
Eri menegaskan bahwa pencapaian ini tak lepas dari fokus BNC dalam memperkuat fondasi bank melalui penguatan tata kelola, kepatuhan terhadap regulasi, dan penyaluran kredit yang berkualitas.
Tidak hanya bergantung pada ekspansi bisnis
Eri Budiono memahami bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan tidak hanya bergantung pada ekspansi bisnis, tetapi juga pada kekuatan fundamental yang kokoh. Dengan pendekatan ini, pihaknya ingin membangun fondasi yang kuat bagi keberlanjutan bisnis di masa depan.
“Dengan operasional yang sehat dan efisien, kami optimistis dapat meraih profitabilitas dan terus memberikan nilai tambah bagi nasabah sekaligus memperkuat posisi BNC sebagai bank dengan layanan digital terpercaya di Indonesia," jelas Eri Budiono.
Dengan semangat itu, Bank Neo Commerce akan terus melanjutkan pertumbuhan dengan strategi yang berfokus pada: Pertumbuhan aset melalui kolaborasi dengan mitra baru dan peluncuran produk-produk inovatif.
Kemudian, pendekatan yang lebih terarah ke segmen nasabah affluent, dengan proposisi nilai yang kuat dan personalisasi layanan sehingga BNC dapat menghadirkan produk yang sesuai kebutuhan nasabah.
Ekspansi di segmen komersial untuk mendorong diversifikasi portofolio dan pendapatan tambahan dari segmen bisnis lain yang sudah berjalan.
Monitoring kualitas aset secara ketat dan berkelanjutan, guna menjaga kesehatan portofolio Bank. BNC menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 12% hingga 15%, dengan fokus pada kredit yang sehat dan terukur untuk menjaga rasio NPL tetap terkendali.
Related News

Catat! Ini Rangkaian Jadwal Dividen RAJA Rp60 per Lembar

Meroket 826 Persen, Laba ANTM Kuartal I-2025 Tembus Rp2,13 Triliun

Kuartal I-2025 Raup Laba Rp2,72 T, Ini Kata Bos Indofood (INDF)

Surplus 13 Persen, Kuartal I-2025 ICBP Catat Laba Rp2,65 Triliun

Fokus Perkuat Modal, PTPP Akan Divestasi Aset Hingga Rp3 Triliun

Penjualan Bersih Gajah Tunggal (GJTL) Rp4,40 Triliun, Ada Penurunan