EmitenNews.com - Sepanjang 2023, Bank Permata (BNLI) telah menyalurkan kredit Rp142,2 triliun, naik 4,3 persen (yoy) didukung segmen komersial, konsumer, dan UMKM. Menilik fakta itu, perseroan menaikkan target pertumbuhan kredit berkisar 7-9 persen secara tahunan alias year on year (yoy). 

Direktur Permata Bank Rudy Basyir Ahmad mengungkapkan dari sisi target kredit, proyeksi sesuai target Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI) kisaran 10-12 persen, untuk internal bank diproyeksi 7-9 persen.

"Tapi itu bukan hanya limit sampai 9 persen ya, kalau ada opportunity lebih besar tentu kami akan ambil itu dengan tetap terapkan prudential banking," jelas Rudy dalam konferensi pers usai Public Expose di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Sementara itu, sisi likuiditas tahun lalu terjadi perebutan dana di perbankan, sehingga terlihat simpanan lebih banyak berada di bank-bank besar. Selain itu, persaingan suku bunga juga menjadi faktor membuat dana pihak ketiga (DPK) terkoreksi.

"Tahun ini dengan pemilu damai, kami lihat ada aliran investasi dari luar, tentu likuiditas industri jauh lebih baik. "Kami fokus CASA, kami juga proyeksi pertumbuhan DPK tidak signifikan, fokus untuk mendukung optimalisasi supaya LDR kisaran 80 persen," ujar dia.

Total aset 2023 tumbuh 1 persen menjadi Rp257,4 triliun. Sementara DPK terkontraksi 3,7 persen (yoy) disebabkan strategi perseroan untuk fokus pada dana murah alias current account saving account (CASA). Di mana rasio CASA terjaga pada level 55 persen dari total DPK 2023.

Di sisi LDR, tahun lalu terjaga pada level 74,8 persen menunjukkan likuiditas masih memadai untuk mendukung ekspansi bisnis. Itu didukung rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) di level 38,7 persen.

"Rasio permodalan salah satu yang tertinggi, dan dari likuiditas itu juga bisa support untuk tumbuh lebih cepat baik dari organik maupun inorganic mendukung ekspansi lebih cepat," ucap Rudy.

Ekuitas menjadi penting untuk melihat bank dalam posisi kuat. Dengan CAR jauh di atas minimum ketentuan regulator, Bank Permata melihat hal tersebut sebagai komitmen perseroan untuk tumbuh berkelanjutan.

"Kami ingin dapat kepercayaan nasabah, ke depan kami jaga CAR pada posisi yang kuat, terutama dengan adanya rencana-rencana ke depannya kami melakukan inorganic growth atau tumbuh di atas rata-rata," imbuh Direktur Utama PermataBank Meliza M. Rusli.

Di samping itu, tahun ini perseroan masih akan fokus pada segmen komersial, konsumer dan juga UMKM . Dari sisi sektoral tentu mengikuti perkembangan pasar. Secara industri pertumbuhan kredit tahun ini masih dalam kisaran regulator, yakni 9-11 persen.

Sementara itu, DPK perbankan nasional diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu, sekitar 8-10 persen (yoy). Pertumbuhan DPK 2023 melambat karena 2022 itu high based harga minyak dunia naik dan ada pembayaran kompensasi ke Pertamina dan PLN di akhir 2022.

"Dengan begitu, penempatan di bank khususnya bank BUMN meningkat tajam, jadi high based, sedangkan 2023 melambat, jadi ada potensi tahun ini meningkat lagi," tutur Chief Economist Permata Bank Josua Pardede.

Josua menilai kondisi likuiditas perbankan nasional tahun ini masih memadai, terlebih ekses likuiditas BI khususnya SRBI masih ample. Kemudian, semester II-224 setelah pemilu, dan menjelang penurunan suku bunga BI akan ada net foreign asset, sehingga tahun ini diperkirakan likuiditas cenderung lebih longgar.

"Dengan pertumbuhan ekonomi resilien 5-5,1 persen itu akan mendorong investasi meningkat, konsumsi terjaga, sehingga ini modal permintaan kredit. Sisi penawaran tidak ada issue, yang jadi concern dari permintaan, dengan konsumsi terjaga, investasi solid, permintaan bisa sama seperti tahun lalu," jelas Josua.

Di sisi sektoral, dengan perlambatan ekonomi global, sektor berorientasi domestik masih resilien. Makanan minuman, pengolahan mineral dasar bersemangat ESG, petrokimia, sektor manufaktur diproyeksi terus bertumbuh. "Konsumsi saya pikir tetap tumbuh dengan risiko kredit lebih kecil. Pembiayaan konsumen tumbuh cukup baik," tegasnya. (*)