EmitenNews.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan kembali mengggelar lelang secara terbuka blok East Natuna pada Mei mendatang. Pemerintah yakin penawaran kali ini akan mendatangkan banyak peminat karena potensi migas cukup besar yang dimiliki oleh wilayah Natuna.


Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, mengungkapkan proses pengembalian blok East Natuna dari Pertamina yang mendapatkan penugasan sudah selesai. “Sudah selesai pengembaliannya,” ujar Tutuka di Kementerian ESDM, Jumat (3/2).


Saat ini sedang disiapkan berbagai hal yang diperlukan untuk bisa dilakukan lelang ulang. Pemerintah berencana melelang East Natuna pada bulan Mei mendatang. “Yang besar Natuna D-Alpah itu besar (gasnya) itu yang mau kita lelang terbuka. Kita targetkan Mei (lelang) pas IPA,” ujar Tutuka.


Blok East Natuna diketahui mandek pengembangannya selama lebih dari 45 tahun. Percepatan pengembangan blok tersebut memang dikejar pemerintah mengingat saat ini pengembangan migas Indonesia berkejaran dengan waktu, sebelum masanya energi terbarukan.


Blok ini semula dikelola ExxonMobil dan mendapatkan hak kelolanya tahun 1980. Namun lantaran tidak ada perkembangan, pada tahun 2007 kontraknya dihentikan. Setahun kemudian yaitu tahun 2008, East Natuna diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina.


Selanjutnya, ExxonMobil, Total dan Petronas, bergabung. Posisi Petronas kemudian digantikan PTT Exploration and Production (PTT EP) tahun 2012.

Sayangnya tahun 2017 konsorsium ini bubar dengan alasan tidak ekonomis dan menyisakan PT Pertamina. Pemerintah pun mengeluarkan instruksi khusus kepada Pertamina untuk bisa kembangkan East Natuna, namun hingga kini tidak ada kelanjutannya.


Blok East Natuna memiliki kandungan gas yang sangat besar, 222 Tcf initial gas-in-place (IGIP) yang membuatnya menjadi undeveloped gas field terbesar di Asia Tenggara. Namun, kandungan gas yang besar tersebut datang dengan tantangan yang juga besar, dimana kandungan CO2-nya sangat tinggi (lebih dari 70%, merupakan single accumulation CO2 terbesar di dunia).


Dengan kondisi tersebut, Blok East Natuna diperkirakan memiliki sumberdaya kontingen sebesar 46 Tcf atau hampir sama dengan total cadangan gas Indonesia (55 Tcf 2P di awal 2020).


Selain kandungan CO2 yang tinggi, tantangan lain dari pengembangan blok East Natuna adalah lokasinya yang terpencil; jarak dari Blok East Natuna ke pulau Natuna mencapai 225 km dan jarak ke Pulau Sumatera mencapai 1.000 km.(*)