EmitenNews.com - International Monetary Fund (IMF) memangkas prospek ekonomi Indonesia menjadi 3,2 persen tahun ini. Proyeksi IMF itu, berarti turun 0,7 persen dari sebelumnya 3,9 persen. Tindakan IMF itu, diprediksi menjadi pengganja indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk berlama-lama pada level psikologis 6.500.


Sementara secara teknikal, pergerakan Indeks cukup optimis setelah mampu menembus resistance level 6.500. Selanjutnya, pergerakan Indeks berada kisaran support 6.490, dan resisten 6.600,” tutur Anissa Septiwijaya, Research Analyst Reliance Sekuritas. 


Sejumlah saham bisa dicermati antara lain Indocement Tunggal Prakarsa (INTP), Astra International (ASII), Pakuwon Jati (PWON), Matahari Putra Prima (MPPA), London Sumatera Plantations (LSIP), Sawit Sumber Mas Sarana (SSMS), Astra Agro Lestari (AALI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI).


Sementara itu, Indeks Nikkei menguat 1,12 persen, dan Topix surplus 0,47 persen memulai perdagangan Kamis (14/10). Itu terjadi setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) menghentikan kerugian usai risalah Federal Reserve (The Fed) menegaskan pengurangan membayangi stimulus era pandemi di tengah tekanan inflasi. 


Investor terus mengevaluasi ketahanan pemulihan ekonomi dari pandemi hingga lonjakan inflasi, dan prospek penurunan dukungan kebijakan bank sentral. Di tempat lain, Pemerintahan Biden berusaha meredakan kemacetan rantai pasokan menjelang musim belanja Natal, tetapi para pejabat mengakui pilihan mereka terbatas. 


Nah, dari pasar komoditas, harga minyak WTI menanjak 0,46 persen mendekati level USD81 per barel pagi ini, harga batubara minus 2 persen, dan CPO menanjak 3,42 persen. Secara sentimen, Indeks akan kembali mencoba menguat di tengah optimisme pasar tentang pemulihan ekonomi. (*)