EmitenNews.com -Indeks saham di Asia sore kemarin, Jumat (22/12) mayoritas di tutup melemah dengan indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang berakhir turun 0.3% sehingga mencatatkan penurunan mingguan 0.6%.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir sesi kedua perdagangan saham Jumat, ditutup menguat 27,900 poin atau 0, 383% di level 7.237,519 Sebanyak 359 saham mengalami kenaikan harga sedangkan 309 saham mengalami penurunan harga 317 saham tak mengalami perubahan harga dengan nilai transaksi Rp14,7 triliun.

Sementara itu, di pasar Valuta Asing (Valas), nilai tukar mata uang USD melemah menjelang rilis data inflasi (PCE Price Index) AS malam ini yang di yakini akan memvalidasi spekulasi penurunan suku bunga di 2024.

Naskah pertemuan kebijakan bank sentral Jepang (BOJ) atau BOJ Monetary Policy Meeting Minutes memperlihatkan anggota dewan gubernur BOJ memperdebatkan cara untuk mengkomunikasikan perubahan pada kebijakan Pengendalian Kurva Imbal Hasil atau Yield Curve Control (YCC).

Dalam pertemuan kebijakan bulan Oktober lalu, BOJ melonggarkan suku bunga jangka panjang dengan melakukan perubahan pada YCC, sebuah langkah yang di pandang investor sebagai langkah awal keluar dari kebijakan moneter super longgar.

Perdebatan ini memberi sorotan pada kesadaran yang semakin besar dalam tubuh BOJ mengenai peluang untuk keluar dari kerangka kebijakan moneter yang rumit, terdiri dari kebijakan YCC, program pembelian aset secara masif dan target suku bunga jangka pendek yang negatif.

Semua anggota dewan gubernur BOJ sepakat untuk mempertahankan kebijakan moneter yang super longgar namun terbelah mengenai seberapa jauh kemajuan yang sudah di capai Jepang dalam menuju pencapaian target inflasi 2% secara berkesinambungan.

Rilis data kemarin, memperlihatkan bahwa laju inflasi utama Jepang melambat menjadi 2.8% Y/Y di bulan November, terendah sejak bulan Juli 2022 dari 3.3% Y/Y di bulan Oktober. 

Laju inflasi inti Jepang juga melambat menjadi 2.5% Y/Y dari 2.9% Y/Y di bulan Oktober dan justru memberikan argumentasi bantahan terhadap ekspektasi bahwa BOJ akan segera memperketat kebijakan moneter.