Pagi ini bursa regional melemah, Indeks harga saham gabungan (IHSG) fluktuatif menguat terbatas (6.575 – 6.635) IHSG ditutup turun tipis 0,03 persen atau 1,71 poin di level 6.597,22 kemarin (28/02). Empat dari sembilan indeks sektoral IHSG berakhir di zona merah, dipimpin sektor aneka industri (-1,31 persen) dan finansial (-0,68 persen). Adapun sektor pertanian (+1,91 persen) memimpin penguatan di antara lima sektor lainnya. Saham-saham yang menjadi penekan utama IHSG antara lain BBCA (-1,59 persen), BMRI (-1,48 persen), ASII (-1,52 persen), dan EMTK (-7,18 persen). Sedangkan saham-saham yang menjadi pendorong utama IHSG antara lain HMSP (+1,47 persen), SMBR (+18,41 persen), INKP (+7,50 persen), dan LPPF (+13,90 persen). Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 846,51 miliar. Sementara itu, mayoritas indeks saham lainnya di Asia Tenggara terpantau melemah dengan indeks PSEi Filipina (-1,36 persen), indeks FTSE Malay KLCI (-0,82 persen), dan indeks FTSE Straits Time Singapura (-0,63 persen). Adapun indeks SE Thailand terpantau naik 0,30 persen. Di kawasan Asia lainnya, Indeks Nikkei 225 Jepang (-1.44 persen), Indeks Kospi Korea Selatan (-1,17 persen), indeks Shanghai Composite (-0,99 persen), dan indeks Hang Seng Hong Kong (-1,36 persen). Secara keseluruhan, bursa Asia melemah mengekor pelemahan pasar ekuitas Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari sebelumnya yang dipicu oleh testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell yang membangkitkan kembali kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga lebih dari yang diperkirakan pelaku pasar tahun ini. Di AS, Indeks Dow Jones Industrial Average (-1,50 persen), Indeks S&P 500 (-1,11 persen), dan Indeks Nasdaq Composite (-0,78 persen) masing-masing mencatatkan pelemahan. Pelemahan pada perdagangan kemarin mengakibatkan Dow Jones dan S&P mencatatkan performa bulanan terburuknya sejak Januari 2016 akibat terseret kekhawatiran lebih lanjut terkait kenaikan suku bunga. Pelemahan pada perdagangan hari Rabu (28/02) sekaligus menutup satu bulan yang ditandai oleh lonjakan volatilitas dan kekhawatiran bahwa kenaikan inflasi dapat mendorong The Federal Reserve meningkatkan laju penaikan suku bunga.
- Laba Bersih WSBP Naik 58 persen
- Belanja Modal GMFI USD 100 Juta
- KMTR Bukukan Laba Bersih Rp 423,17 Miliar
- Pendapatan SMBR Rp 1,55 Triliun
- TBLA Targetkan Penjualan Gula Capai 50 persen
- Kontrak Baru ACST Naik 121 persen
Related News
Data Bicara: Cara Atur Strategi Portofolio di Tahun 2026!
Efek BI Rate ke Saham: Sektor Apa yang Bakal Cuan di Tahun 2026?
BI Rate 4,75 Persen: Strategi atau Sinyal Badai Pasar Saham 2026?
Prospek SUPA: PBV Menarik, Tapi Siapkah Hadapi Risiko NPL UMKM 2026?
Flywheel Superbank: Akankah AI dan Ekosistem Grab Jadi Moat Abadi?
Fundamental: Evolusi Ekosistem Grab-Emtek jadi Turnaround Superbank!





