EmitenNews.com - PT Puradelta Lestari (DMAS) per 30 September 2023 mencatat laba bersih Rp608,1 miliar. Merosot 20 persen dari episode sama tahun lalu senilai Rp767,58 miliar. Alhasil, laba per saham dasar turun ke level Rp12,62 dari posisi sama tahun sebelumnya Rp15,93. 


Koreksi laba itu seiring dengan pendapatan usaha Rp983,6 miliar, melorot 21 persen dari periode sama tahun sebelumnya di kisaran Rp1,25 triliun. Beban pokok pendapatan Rp306,27 miliar, susut 18 persen dari periode sama tahun lalu Rp374,34 miliar. Laba kotor terakumulasi Rp677,32 miliar, menyusut 23 persen dari episode sama tahun sebelumnya Rp881,87 miliar. 


Beban penjualan Rp40,87 miliar, bengkak dari Rp32,35 miliar. Beban umum dan administrasi Rp87,94 miliar, naik tipis dari Rp87,14 miliar. Pajak final Rp27,87 miliar, susut dari Rp31,63 miliar. Total beban usaha Rp156,69 miliar, bengkak dari Rp151,13 miliar. Laba usaha Rp520,63 miliar, mengalami koreksi dari episode sama tahun lalu Rp730,74 miliar. 


Pendapatan bunga Rp26,49 miliar, naik dari Rp16,05 miliar. Ekuitas pada laba bersih ventura bersama Rp2,79 miliar, naik dari Rp1,47 miliar. Keuntungan penjualan aset tetap nihil dari Rp938 juta. Rugi selisih kurs Rp824 juta, bengkak dari untung Rp830 juta. Beban bunga Rp27,96 miliar, susut dari Rp40,58 miliar. Keuntungan kegiatan pengelolaan dan lain-lain Rp111,66 miliar naik dari Rp76,19 miliar. 


Penghasilan lain-lain bersih Rp112,17 miliar, menanjak dari edisi sama tahun lalu Rp54,91 juta. Laba sebelum pajak Rp632,8 miliar, turun dari Rp785,65 miliar. Beban pajak terkini Rp24,03 miliar, menanjak dari edisi sama tahun sebelumnya Rp17,31 miliar. Laba periode berjalan Rp608,77 miliar, naik tipis dari episode sama tahun sebelumnya senilai Rp768,34 miliar. 


Jumlah ekuitas Rp5,85 triliun, naik dari episode akhir tahun lalu senilai Rp5,72 triliun. Jumlah liabilitas Rp913,97 miliar, bengkak dari periode akhir 2022 sebesar Rp898,76 miliar. Jumlah aset terkumpul sebesar Rp6,76 triliun, menanjak dari episode akhir tahun lalu senilai Rp6,62 triliun. 


Sementara itu, segmen industri menyumbang kontribusi terbesar terhadap pendapatan usaha sekitar Rp736 miliar atau 74,84 persen. Segmen hunian menyumbang Rp182 miliar atau 18,49 persen dari pendapatan usaha, dan segmen komersial Rp5 miliar atau 4,58 persen dari pendapatan usaha. “Segmen rental 1,06 persen, dan hotel 1,02 persen. Segmen industri menjadi tulang punggung usaha dari penjualan lahan industri di kawasan industri GIIC (Greenland International Industrial Center) di Kota Deltamas,” tukas Tondy Suwanto, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Deltamas. 


GIIC telah memiliki fasilitas, infrastruktur lengkap, dan komprehensif, sehingga menjadi daya tarik investasi bagi pelanggan-pelanggan industri berskala internasional. Penurunan pendapatan tersebab backlog penjualan belum dicatat sebagai pendapatan. Marketing sales Rp1,37 triliun, dan menjadi backlog penjualan. Backlog penjualan itu, akan diakui sebagai pendapatan usaha setelah serah-terima lahan dengan pelanggan. Mayoritas backlog penjualan direncanakan untuk diserahterimakan pada kuartal terakhir tahun ini. “Sisa kuartal empat masih ada sejumlah backlog penjualan cukup besar diharap dapat dibukukan sebagai pendapatan usaha tahun ini,” imbuh Tondy. (*)